Menu Melayang

sabdainjil@gmail.com

Selasa, 06 Juni 2023

Hati-hatilah Supaya Engkau Jangan Jatuh!

Sangat mudah bagi umat Allah, yang percaya pada berkat dan pencapaian di masa lalu, untuk merasa bahwa mereka "sudah berhasil" (bdk. Matius 3:9). Tetapi kegagalan Israel kuno dalam pengembaraan mereka di padang belantara merupakan peringatan yang suram bagi kita akan bahaya kejatuhan (1 Korintus 10:11-12). Tuhan ingin kita menyadari makna dari perjalanan mereka (ayat 1). Bagaimanakah perjalanan padang belantara orang Yahudi menjadi teladan bagi kita?

Dalam 1 Korintus 10:1-4, penulis yang diilhami mengingatkan kita lima kali bahwa "semua" orang Ibrani menerima berkat-berkat Allah, sama seperti semua orang Kristen menerima "dalam Kristus...segala berkat rohani di dalam sorga..." (Efesus 1:3). Pembebasan bangsa Israel dari Mesir dan perjalanan mereka ke padang belantara melambangkan keselamatan kita melalui dan berjalan bersama Kristus dalam beberapa cara. Mereka berada dalam perbudakan tuan yang kejam di Mesir (Keluaran 2:23), sama seperti kita yang merupakan budak dari tuan yang paling kejam, yaitu dosa (Roma 6:16). Tetapi Allah memilih seorang pemimpin dan pembebas yang hebat, Musa, untuk memimpin umat-Nya keluar dari Mesir (Keluaran 3:10), sebagaimana Yesus Kristus, "seorang Nabi seperti" Musa, dibangkitkan untuk membebaskan kita dari dosa dan membawa kita kepada kemerdekaan (Ulangan 18:18-19; Kisah Para Rasul 3:19-23). Bangsa Israel menerima baptisan "Musa dalam awan dan laut" yang sejajar dengan baptisan [selam] kita (1 Korintus 10:1-2). Dalam baptisan mereka, bangsa Israel dibebaskan dari penawanan di Mesir (Keluaran 14:29-30), sama seperti kita dibebaskan dari belenggu dosa melalui baptisan (Roma 6:17-18, 3-4). Baptisan orang Ibrani "ke dalam Musa" adalah meterai final dari ketaatan mereka kepada Musa, setelah itu semua keterikatan mereka kepada Mesir dan Firaun akhirnya diputuskan dan semua kesetiaan kepada Musa tidak dapat diganggu gugat lagi, dengan demikian menempatkan bangsa Israel dalam suatu hubungan yang baru dengan Musa (1 Korintus 10:2; Keluaran 14:31). Baptisan kita adalah langkah puncak yang menempatkan kita ke dalam Kristus (Roma 6:3). Pembaptisan bangsa Yahudi adalah awal dari perjalanan besar mereka yang dimulai oleh panggilan ilahi dengan tujuan tanah perjanjian yang telah menanti mereka (Keluaran 3:7-10). Ketika kita dibaptis, kita memulai sebuah perjalanan yang diawali oleh panggilan Injil dengan kemuliaan kekal sebagai tujuannya (2 Tesalonika 2:13-14).

Setelah mereka memulai perjalanan, seluruh bangsa Israel menerima berkat-berkat yang luar biasa dari Tuhan yang memungkinkan mereka untuk bertahan hidup di padang gurun. Mereka diberi makanan yang bersifat "rohani", yang disediakan secara ajaib, sehingga mereka menyadari pemeliharaan Allah bagi mereka dan dengan demikian dikuatkan secara rohani (1 Korintus 10:3). Inilah manna dan burung puyuh yang disediakan oleh Tuhan (Keluaran 16:11-15). Orang Kristen memiliki "roti yang turun dari sorga " (Yohanes 6:32), Yesus Kristus (Yohanes 6:35), Firman-Nya (Yohanes 6:63), yang memampukan kita untuk bertahan hidup secara rohani.

Orang-orang Ibrani ini mendapatkan hak istimewa yang mulia untuk meminum air dari Batu Karang rohani, Kristus, yang berjalan bersama mereka di padang gurun (1 Korintus 10:4). Meskipun mata air yang memberi kehidupan itu mengalir keluar dari sebuah batu fisik di Refaim (Keluaran 17:6-7), namun Kristus memampukan Musa untuk melakukan mukjizat tersebut. Yesus membekali murid-murid-Nya dengan "mata air yang memancar sampai selama-lamanya" (Yohanes 4:13-14) dalam Firman-Nya.

Tetapi jika sebagian besar dari orang-orang zaman dahulu, yang di antara mereka Kristus tinggal dan yang diberkati-Nya bisa binasa, bagaimana mungkin kita dapat berpikir bahwa kita akan selamat dari nasib buruk yang sama?

Terlepas dari banyaknya berkat yang dilimpahkan kepada semua umat Tuhan pada zaman dahulu, "Tetapi sungguhpun demikian Allah tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka, karena mereka ditewaskan di padang gurun" (1 Korintus 10:5). Dari 603.550 prajurit yang meninggalkan Mesir (Bilangan 1:46), hanya dua orang, yaitu Yosua dan Kaleb, yang diizinkan Tuhan untuk masuk dan beristirahat di tanah perjanjian yang indah (Bilangan 26:63-65). Kuburan-kuburan di padang gurun yang tak terhitung jumlahnya menjadi saksi bisu akan bahayanya jatuh dari kasih karunia.

Ketika Paulus lima kali mengulangi fakta bahwa seluruh bangsa Israel diberkati Allah, ia juga menyebutkan lima dosa yang menyebabkan bangsa itu jatuh. Ini adalah contoh bagi kita (1 Korintus 10:6). Mereka jatuh karena "menginginkan hal-hal yang jahat" (ayat 6; Bilangan 11:4-6). Sebagai akibat dari sungut-sungut mereka, "bangkitlah murka TUHAN yang menyala-nyala" (ayat 10), "lalu TUHAN menimpakan tulah yang sangat dahsyat kepada bangsa itu" (ayat 33-34). Kita juga harus waspada agar jangan sampai kita ingin kembali kepada dosa dunia yang telah kita tinggalkan (Filipi 3:13-14). Bangsa Israel juga murtad karena penyembahan berhala dan pesta pora cabul yang menyertainya (ayat 7; Keluaran 32). Orang Kristen jangan berdosa karena ketamakan, keinginan yang tamak akan kekayaan, supaya kita jangan, seperti orang Ibrani, menjadi penyembah berhala (Kolose 3:5). Dua puluh tiga ribu orang Yahudi tewas dalam satu hari karena percabulan dengan "perempuan-perempuan Moab" (ayat 8; Bilangan 25:1-5). Sang Guru Agung memperingatkan murid-murid-Nya, bukan hanya tentang bahaya percabulan itu sendiri, tetapi juga tentang memandangan dengan hawa nafsu, yaitu berzinah dalam hati (Matius 5:27-28). Bangsa Israel juga jatuh dengan mencobai Tuhan (yaitu, bertindak sedemikian rupa untuk melihat seberapa lama Dia akan bersabar terhadap sikap keras kepala manusia), ketika mereka "berbicara menentang Tuhan dan Musa" (ayat 9; Bilangan 21:4-6) karena kesulitan di padang belantara. Akibatnya, "TUHAN mengirim ular-ular berbisa ke tengah-tengah bangsa itu dan ular-ular itu menggigit bangsa itu, sehingga banyak orang Israel mati." Orang-orang Kristen juga dapat mencobai Kristus dengan keras hati dan tidak percaya (Ibrani 3:7-13). Akhirnya, orang-orang Yahudi tersandung dengan bersungut-sungut (ayat 10). Ketika kesepuluh pengintai membawa laporan yang buruk tentang Kanaan, bangsa itu lebih mempercayai mereka daripada pengintai yang setia, Yosua dan Kaleb. Mereka mengeluh kepada Allah dan mengancam akan melempari Musa dengan batu. Akibatnya, Allah mengirimkan tulah di antara mereka dan selanjutnya menetapkan bahwa semua orang dewasa yang keluar dari Mesir, kecuali Yosua dan Kaleb, akan mati di padang gurun (Bilangan 14). Bersungut-sungut, mengeluh, dan bertengkar adalah manifestasi dosa ketidakpuasan dengan sikap tidak tahu berterima kasih atas tuntunan Allah (Filipi 2:14-16). Kita harus menghindari dosa sungut-sungut dengan memelihara sikap penuh sukacita dan ucapan syukur atas berkat-berkat Allah (Filipi 4:4-7).

Paulus menceritakan fakta-fakta dari zaman dahulu kala ini karena peristiwa-peristiwa tersebut merupakan contoh bagi kita dan dicatat untuk menjadi peringatan bagi kita (ayat 11). Apa peringatannya? "Sebab itu siapa yang menyangka, bahwa ia teguh berdiri, hati-hatilah supaya ia jangan jatuh!" (ayat 12) Bangsa Israel tidak mungkin jatuh dari kasih karunia, seandainya mereka tidak pernah berada dalam kasih karunia. Sejarah tragis mereka di padang gurun merupakan argumen yang tidak dapat dibantah, tidak hanya didasarkan pada kemungkinan teoretis untuk jatuh dari kasih karunia, tetapi juga berdasarkan kejadian yang sebenarnya, dan oleh mayoritas umat Allah pada waktu itu. Kelemahan mereka meskipun mereka telah menerima berkat-berkat yang besar seharusnya memperingatkan kita untuk tidak berpuas diri. Meskipun sudah orang Kristen, kita masih berada dalam bahaya kejatuhan, sama seperti mereka. Tetapi, supaya kita tidak putus asa, sang rasul menghibur kita dengan fakta bahwa Allah dengan setia akan menjaga kita dari pencobaan yang lebih besar dari yang mampu kita hadapi, jika kita mengandalkan pertolongan-Nya (ayat 13).

Oleh karena itu, perhatikanlah peringatan ini. Kita harus tetap "berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan Tuhan!" (1 Korintus 15:58), sampai kita menyeberangi air Yordan yang gelap menuju pantai kekekalan. Bagi mereka yang melakukannya, sebuah tanah yang indah dan mulia yang dijanjikan telah menanti (Ibrani 11:16). Namun, celakalah mereka yang berbalik (murtad)! (Keith Sharp)

Blog Artikel

Artikel Terkait

Back to Top

Cari Artikel