Dalam Kisah Para Rasul 16, kita menemukan Paulus berada di kota Troas, yang sekarang merupakan wilayah Turkiye bagian barat (Kisah Para Rasul 16:6-10). Ia berpikir untuk berkhotbah di Asia, tetapi dilarang oleh Roh Kudus. Ia ingin pergi ke Bitinia, tetapi Roh Kudus tidak mengizinkannya. Ada kemungkinan bahwa Paulus datang kepada Allah dalam doa untuk menanyakan apa yang ada di dalam pikiran Allah baginya, karena Paulus melihat sebuah penglihatan tentang seorang laki-laki dari Makedonia yang berdiri dan memohon kepada Paulus, "Menyeberanglah ke mari dan tolonglah kami!"
Pada masa Perjanjian Baru, wilayah yang kita kenal sekarang sebagai "Yunani" adalah dua provinsi Romawi, yaitu Makedonia di utara dan Akhaya di selatan. Pintu iman telah dibukakan bagi Paulus dan ia akan membawa Injil dari Asia ke Eropa. Meninggalkan Troas dengan kapal layar, Paulus berlayar ke arah barat laut dan tiba di Neapolis, yang sekarang dikenal sebagai Kavala, di Yunani. Neapolis adalah tempat pendaratan reguler bagi mereka yang ingin melakukan perjalanan melalui Jalan Egnasia, jalan raya militer Romawi yang membentang sekitar 490 mil melintasi Makedonia, yang menghubungkan Laut Adriatik dengan Laut Aegea.
Meninggalkan pelabuhan Neapolis, ia melakukan perjalanan sejauh 12 mil ke utara menuju Filipi, sebuah kota jajahan Romawi, dan di kota inilah Paulus pertama kali memberitakan Injil di tanah Eropa. Injil pertama kali dibagikan kepada Lidia dan seisi rumahnya, dan kemudian kepada kepala penjara Filipi dan keluarganya.
Lukas menceritakan bahwa Paulus meninggalkan Filipi dan melakukan perjalanan ke barat melalui Amfipolis dan Apolonia, lalu ke Tesalonika (Kisah Para Rasul 17:1-4). Setelah terjadi keributan di Tesalonika, Paulus melakukan perjalanan sekitar 50 mil ke arah barat daya ke Berea, kota paling kuno di Makedonia (Kisah Para Rasul 17:10-15). Pada zaman Romawi, kota ini makmur dan karena itu para Kaisar Romawi sering mengunjunginya untuk menghadiri upacara-upacara yang diadakan untuk menghormati mereka.
Museum Arkeologi di Berea berisi banyak artefak dari zaman kuno kota ini, termasuk banyak penanda kuburan yang rumit. Kota ini juga memiliki sebuah monumen yang mereka sebut Altar Rasul Paulus, yang didedikasikan untuk mengingatkan kita akan tempat di mana sang rasul berkhotbah. Monumen ini terletak di lokasi Gereja Megas Theologos (Teolog Agung). Lukisan-lukisan di monumen ini menggambarkan Paulus berkhotbah kepada jemaat di Berea, dan saat ia menerima panggilan seorang Makedonia.
Lukas memuji orang-orang Berea sebagai orang-orang yang "lebih baik hatinya" (Kisah Para Rasul 17:11). Frasa "lebih baik hatinya" diterjemahkan menjadi "berhati mulia" dalam terjemahan lain, dan menandakan "memiliki karakter yang lebih mulia." Apa yang membuat orang Berea menjadi orang yang "lebih baik hatinya" atau "berhati mulia"?
Mereka Menerima Firman Dengan Segala Kerelaan [Kesiapan] Hati
Orang-orang Berea adalah salah satu kelompok kecil dari saudara sebangsa Yahudi Paulus yang sangat ingin menerima berita yang Paulus beritakan, dan oleh karena itu, keselamatan di dalam Kristus-lah yang ia tawarkan kepada mereka. Mereka mendengarkan Injil dengan penuh perhatian dan semangat. Mereka berpikiran terbuka dan siap untuk mendengar lebih banyak lagi tentang apa yang ingin difirmankan Allah kepada mereka. Perilaku orang-orang Yahudi ini tidak dapat dipuji terlalu tinggi, atau ditiru terlalu dekat. Dosa yang umum terjadi pada manusia saat ini adalah penolakan untuk menguji dengan jujur dan sabar klaim-klaim Injil. Kita perhatikan fakta-fakta berikut ini.
Perumpamaan tentang penabur menyatakan bahwa sikap hati seseorang adalah prediktor yang baik tentang bagaimana benih kerajaan itu akan berkembang dalam kehidupan mereka (Lukas 8:4-8, 11-15). Orang-orang Yahudi pada hari Pentakosta "tersentuh hatinya" dan 3.000 orang di antara mereka taat kepada Injil Kristus pada hari itu juga (Kisah Para Rasul 2:37-41). Orang-orang Yahudi yang mendengarkan Stefanus juga "tersentuh hatinya", tetapi mereka membunuhnya (Kisah Para Rasul 7:54, 57-58). Dalam kedua kasus tersebut, hati nurani mereka tertusuk oleh pesan yang diberitakan, tetapi para pendengarnya bereaksi secara berbeda karena sikap hati yang berbeda.
Pikirkanlah bagaimana Daud menerima berita tentang dosanya. Ketika Natan menegur Daud karena perzinahannya, Daud dengan rendah hati berkata, "Aku sudah berdosa kepada TUHAN" (2 Sam. 12:13). Ia tidak berusaha menyalahkan Batsyeba, dan juga tidak menegur Natan, tapi ia menerima firman Tuhan dengan cara yang akan membawanya kembali ke dalam keselarasan dengan kehendak Tuhan.
Bagaimana Anda menerima firman Allah ketika firman itu menantang hidup Anda? Bagaimana reaksi Anda ketika seseorang menunjukkan bahwa perilaku Anda tidak sesuai dengan perilaku seorang anak Raja? Ketika seseorang menunjukkan bahwa sikap Anda bersifat kedagingan dan tidak sesuai dengan anak-anak kebenaran? Apakah Anda ingin memecat pengkhotbah tersebut, atau membunuh pembawa pesan itu? Apakah hal itu akan menyelamatkan jiwa Anda, atau hanya membius hati nurani Anda yang merasa bersalah?
Saya telah hidup cukup lama untuk mengetahui bahwa tidak semua orang yang menyebut diri mereka orang Kristen adalah orang-orang yang berhati mulia. Beberapa orang akan menerima firman Tuhan dengan segala kerelaan hati [kesiapan pikiran], asalkan firman itu tidak berlaku bagi mereka dan dosa-dosa mereka. Namun, ketika Anda menunjukkan dosa dan kesalahan dalam hidup mereka, mereka akan duduk dan mencibir tentang hal itu, atau menyimpan dendam terhadap pembawa pesan itu.
Orang-orang yang berhati mulia dan berpikiran jujur ingin mengetahui apa yang diajarkan oleh Kitab Suci, terlepas dari bagaimana hal itu dapat mempengaruhi kehidupan mereka. Orang-orang yang berhati mulia seperti itu tidak selalu mudah ditemukan, bahkan di beberapa gereja lokal.
Setiap Hari Mereka Menyelidiki Kitab Suci (Kisah Para Rasul 17:11)
Kitab Suci yang mereka pelajari adalah kitab-kitab Perjanjian Lama. Entah orang-orang ini memiliki salinan kitab-kitab tersebut di rumah mereka sehingga mereka dapat mempelajari apa yang Paulus khotbahkan, atau mereka pergi ke sinagoga (rumah ibadat orang Yahudi) untuk mempelajari gulungan-gulungan Kitab Suci yang disimpan di sana. Fakta bahwa hal ini dilakukan setiap hari menyiratkan bahwa Paulus menghabiskan waktu di sana. Tampaknya, Paulus mengikuti pola yang sama dengan yang ia lakukan di Tesalonika, di mana, "seperti biasa Paulus masuk ke rumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci. Ia menerangkannya kepada mereka dan menunjukkan, bahwa Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati, lalu ia berkata: "Inilah Mesias, yaitu Yesus, yang kuberitakan kepadamu." (Kisah Para Rasul 17:3-4).
Mengapa jemaat Berea mempelajari [menyelidiki] Kitab Suci "setiap hari"? Bukankah seorang rasul Kristus telah berkhotbah kepada mereka? Ya, tetapi mereka ingin melihatnya sendiri. Seperti yang Paulus katakan kepada orang-orang kudus di Roma, "Allah adalah benar, dan semua manusia pembohong" (Roma 3:4).
Menjadi seorang Kristen berarti membangun serangkaian kebiasaan atau pola yang baru dalam hidup Anda, termasuk "menanggalkan" manusia lama yang berdosa, dan "mengenakan" manusia baru (Efesus 4:20-32). Salah satu kebiasaan terbaik yang dapat Anda kembangkan sebagai seorang Kristen adalah mempelajari Alkitab setiap hari. Ketika kebiasaan ini dikembangkan dan dipupuk, Anda akan berada di jalan menuju pengenalan yang lebih besar akan Tuhan dan kehendak-Nya. Tidak hanya itu, mempelajari Alkitab setiap hari akan memberi Anda keberanian dalam menghadapi pertentangan dan membuat Anda jauh lebih efektif dalam mengajar orang lain, juga Anda akan dapat "menyelamatkan dirimu dan semua orang yang mendengar engkau" (1 Timotius 4:16).
Mempelajari Alkitab setiap hari akan membawa Anda lebih dekat kepada Tuhan, memberi Anda ketenangan pikiran dalam hidup ini dan mempersiapkan Anda untuk dunia yang akan datang. Hidup Anda akan diberkati ketika Anda mempelajari dan merenungkan firman Tuhan (Mzm. 1:1-6; 19:8-12).
Banyak di Antara Mereka yang Menjadi Percaya (Kisah Para Rasul 17:12)
Sebagai hasilnya, setelah mendengar Injil dan mempelajari Kitab Suci, mereka dituntun untuk menjadi petobat atas pesan yang Paulus beritakan. Di banyak kota, mayoritas petobat adalah berlatar belakang bukan Yahudi. Berea berbeda - "banyak" orang Yahudi yang menjadi Kristen! Tetapi hal ini wajar saja terjadi - mereka telah dengan saksama mendengarkan berita yang diberitakan dan menyelidiki Kitab Suci setiap hari - saya berharap orang-orang seperti itu akan menaati Injil Yesus Kristus, karena " iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus" (Roma 10:17).
Dalam setiap kasus pertobatan yang dicatat dalam kitab Kisah Para Rasul, Injil diberitakan oleh manusia kepada manusia (lih. Kisah Para Rasul 8:12; 14:1; 18:8). Tidak ada satu pun contoh tentang seseorang yang taat kepada Injil tanpa terlebih dahulu mendengar berita tentang salib. Karena iman berasal dari pendengaran, maka iman Anda akan bertumbuh ketika Anda membaca, mempelajari, dan menyelidiki Alkitab! Semakin saya mempelajari Perjanjian Lama, semakin kuat iman saya kepada Allah dan pemeliharaan-Nya bagi anak-anak-Nya (Roma 15:4). Contoh-contoh iman dari Perjanjian Lama memberikan saya pengharapan (1 Korintus 10:1-13). Dan ini pun sama untuk Perjanjian Baru.
Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi Anda oleh pengenalan akan Allah dan akan Yesus, Tuhan kita (2 Petrus 1:2-4).
Kesimpulan
"Orang-orang Yahudi di Berea dengan sungguh-sungguh mempelajari firman yang diberitakan kepada mereka. Mereka tidak hanya mendengar Paulus berkhotbah pada hari Sabat, tetapi setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci, dan membandingkan apa yang mereka baca dengan fakta-fakta yang berhubungan dengan Kitab Suci. Doktrin Kristus tidak takut akan penyelidikan; para pembela-Nya tidak menginginkan apapun selain agar orang-orang menyelidiki secara penuh dan jujur, apakah sesuatu itu benar atau tidak. Mereka adalah orang-orang yang benar-benar berhati mulia, dan pasti akan semakin mulia, yang menjadikan Kitab Suci sebagai aturan mereka, dan berkonsultasi dengan Kitab Suci. Semoga semua pendengar Injil menjadi seperti orang-orang di Berea, yang menerima firman dengan pikiran yang siap [kerelaan hati], dan menyelidiki Kitab Suci setiap hari, apakah hal-hal yang diberitakan kepada mereka memang benar demikian." (Matthew Henry).
Apakah Anda memiliki roh [semangat] yang sama seperti orang-orang Berea yang berhati mulia?
(Sumber: https://padfield.com/2002/noble-bereans.html oleh David Padfield)