Menu Melayang

sabdainjil@gmail.com

Kamis, 11 Mei 2023

Sejarah Perayaan Natal

“Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.” (Lukas 2:11)

Sekitar bulan November awal, Anda akan mendengar sebagian orang berkata kita perlu “mengembalikan Kristus ke Natal.” Orang di manapun mengklaim bahwa Natal terlalu dikomersialkan dan berkata bahwa kita mengabaikan arti Natal yang sesungguhnya. Sebagian pengkhotbah akan bertanya, “Apa yang Anda akan berikan kepada Kristus pada hari kelahiran-Nya?” Kebanyakan gereja akan mengadakan pertunjukan, paduan suara, dan program.

Oleh karena banyak orang yang mengenal Hari Natal sebagai Hari Raya Keagamaan, maka ada baiknya bagi kita unttuk mempelajari artinya. Dengan memperhatikan bahwa Natal (Christmas) berisi kata Kristus, maka itu ada hubungannya dengan Tuhan. Karena ada hubungannya dengan Tuhan, maka kita harus membuka Alkitab Perjanjian Baru dan membaca tentang ada-tidaknya perayaan ini. Tetapi dengan pencarian yang teliti, kita tidak akan menemukan satu pun referensi di dalam firman Allah sampai hari ini. Banyak orang akan sangat terkejut ketika mengetahui bahwa gereja Perjanjian Baru tidak merayakan hari kelahiran Kristus sebagai hari raya keagamaan.

Kapan pertama kali manusia mulai merayakan hari Natal ini? Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus mencarinya di luar Alkitab Perjanjian Baru. Para sejarawan mengatakan kepada kita bahwa hari raya ini hampir tiga abad setelah kematian Kristus baru ditetapkan sebagai hari raya spesial untuk merayakan kelahiran-Nya. Holman Bible Dictionay mengatakan, “Pada awal abad keempat, orang-orang Kristen di Roma mulai merayakan hari kelahiran Kristus. Praktek ini menyebar secara luas dan cepat, sehingga banyak dunia Kristen merayakan festival baru pada akhir abad itu.” Norval Geldenhuys, dalam komentarnya terhadap kitab Lukas berkata, “Natal untuk pertama kali dirayakan di Roma tahun 354, di Konstantinopel tahun 379, dan di Antiokhia tahun 388” (Geldenhuys, Commentary on the Gospel of Luke).

Chrysostom, seorang pengkhotbah terkenal saat itu menyebutkan asal usul Natal yang muncul di kemudian hari. “Chrysostom, pada sebuah khotbah Natal di tahun 386 Masehi berkata, ‘Belum genap sepuluh tahun pada hari ini (Natal) kita kenal dengan jelas…’” (Unger Bible Dictionary).

Kapan Yesus Lahir? Tanggal kelahiran Tuhan kita telah beberapa kali diubah sepanjang tahun. Kita tidak dapat mengatakan pada hari apa dalam tahun itu Tuhan kita lahir. Ada sejumlah tanggal yang disarankan, termasuk 25 Maret, 2 April, 20 Mei, 8 November, 25 Desember, dan 6 Januari. Kebanyakan Protestan di Amerika dan Katolik Roma di seluruh dunia, merayakan hari kelahiran Tuhan kita pada tanggal 25 Desember. Namun, gereja-gereja Ortodox Timur dan Armenia merayakan kelahiran Kristus pada tanggal 25 Desember dan 6 Januari juga.

Catholic Encyclopedia mengatakan, “Natal tidak pernah ada di antara pesta-pesta perayaan gereja paling awal…tidak ada bulan dalam tahun itu yang ditetapkan oleh otoritas sebagai hari kelahiran Kristus.”

Bagaimana dengan tiga orang majus? Hampir di setiap kota di Amerika, Anda dapat melihat pemandangan kelahiran bersama para gembala, Maria, Yusuf, bayi Yesus, dan “tiga orang majus.” Saya tidak tahu ada berapa orang majus waktu itu, tetapi yang saya tahu pasti bahwa mereka tidak pernah berada di tempat palungan! Matius mengatakan kepada kita bahwa ketika mereka menemukan Yesus, mereka masuk “ke dalam rumah itu” (Matius 2:1-11). Tidak ada disebutkan adanya palungan dalam ayat-ayat tersebut. “Mereka datang ke Yerusalem setelah Yesus diserahkan kepada Allah di bait Allah (Lukas 2:22) dan dibawa kembali ke Betlehem, dan oleh karenanya, bayi Yesus sudah berumur lebih dari empat puluh hari. Maka mereka sudah datang setidaknya empat puluh hari sebelum kematian Herodes, karena dia menghabiskan sisa hidupnya empat puluh hari di Yerikho dan pemandian Callirrhoe; orang majus bertemu dengannya saat masih di Yerusalem sebelumnya. Maka Yesus setidaknya sudah berumur delapan puluh hari ketika Herodes mati” (J. W. McGarvey, The Fourfold Gospel).

Siapa yang memutuskan untuk menjadikan 25 Desember sebagai hari kelahiran Kristus? Hal ini dihubungkan langsung kepada Katolik Roma. Mereka menjelaskannya seperti ini: “Sejumlah teori telah dikemukakan di sepanjang 2000 tahun terakhir untuk menjelaskan tanggal 25 Desember sebagai Hari Natal. Namun, yang paling mungkin, yang paling umum diterima oleh para sarjana sekarang, adalah bahwa kelahiran Kristus ditetapkan pada tanggal titik balik matahari musim dingin. Tepatnya pada tanggal 21 Desember dalam kalender kita, tapi 25 Desember dalam kalender Julian yang lebih dulu dari kalender kita. Titik balik matahari, ketika hari-hari mulai memanjang di belahan bumi utara, disebut oleh orang-orang pagan sebagai 'Ulang Tahun (Dewa) Matahari yang Tak Terkalahkan'. Pada abad ketiga, Kaisar Aurelius menyatakan tanggal 25 Desember sebagai hari khusus yang didedikasikan untuk dewa matahari, yang kultusnya sangat kuat di Roma pada waktu itu. Bahkan sebelum waktu itu, para penulis Kristen sudah mulai menyebut Yesus sebagai Matahari Keadilan. Tampaknya cukup logis, maka ketika Kekristenan mulai mendominasi adegan keagamaan di Kekaisaran Romawi, tanggal 'matahari yang baru lahir' harus dipilih sebagai tanggal lahir Kristus. Rupanya, itu mengganggu beberapa orang karena tanggal Natal berakar dari pesta perayaan pagan. Bagaimanapun, itulah penjelasan terbaik yang kami miliki dalam memilih 25 Desember untuk merayakan kelahiran Yesus." (The New Question Box).

Perayaan bulan Desember ini berasal dari kaum pagan sebagai hari raya untuk menghormati dewa matahari mereka, Mithra. Itu diubah menjadi "hari suci Kristen" oleh Gereja Katolik Roma.

Menurut Anda, tidak perlukah kita merayakan kelahiran Kristus? Orang sering menanyakan pertanyaan ini, tetapi saya biasanya menanyakan hal ini sebagai balasannya, “Mengapa kita harus melakukannya?” 2 Petrus 1:3 memberi tahu kita bahwa Allah telah menganugerahkan kepada kita "segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh." Segala sesuatu yang perlu kita ketahui tentang sifat religius telah diungkapkan dalam Alkitab, 1 Petrus 4:11 mengatakan bahwa jika kita berbicara, kita harus berbicara "sebagai orang yang menyampaikan firman Allah." Jika Allah ingin kita merayakan kelahiran Kristus, Dia pasti akan memberitahu kita! Beberapa orang berkata, “Tapi kita perlu merayakan kelahiran Kristus!" Mengapa kita harus merayakan hari apapun kalau Allah tidak mengotoritaskannya? Apakah Allah lupa memberitahu kita bagaimana merayakan kelahiran Kristus? Jika Dia ingin kita merayakan hari khusus untuk kelahiran-Nya, kapan?

Bagaimana seharusnya sikap saya terhadap Natal? Setiap orang yang saya kenal merayakan Natal dengan cara tertentu, mungkin hanya dengan mendapatkan hari libur kerja, menonton beberapa pertandingan sepak bola atau bola basket, atau pergi keluar untuk melihat lampu-lampu cantik. Saya tidak merayakan hari suci agama apa pun, tetapi saya merayakan banyak hari libur sekuler seperti Syukuran, Hari Veteran, Hari Peringatan, Hari Kemerdekaan, dan jika saya lagi mood, Hari Groundhog (hari raya tradisional Amerika dan Kanada). Allah melarang gereja menetapkan hari-hari suci (Gal 4:9-11). Namun, Allah tidak melarang Anda untuk membaca kalender merayakan tradisi dan adat istiadat yang merupakan bagian dari budaya kita [yang tidak bertentangan].

Beberapa pengkhotbah meninggalkan kesan bahwa jika Anda tersenyum selama bulan Desember, maka, entah bagaimana, Anda telah berdosa—dan surga membantu Anda jika Anda berkata, “Selamat Hari Raya.” Christmas [Eropa dan Barat] adalah hari libur sipil, bukan hari suci agama. Di rumah kami, kami merayakan banyak hari libur sipil, jika Anda tidak, itu baik-baik saja, tapi pikirkan urusan Anda sendiri dan tinggalkan saya sendiri! Kita harus menganggap Christmas seperti yang kita lakukan pada hari libur sipil lainnya.

Bagaimana saya harus mengingat Yesus? Allah telah meninggalkan tiga peringatan tentang Kristus – semuanya ditujukan pada kematian dan kebangkitan-Nya.

Pertama, baptisan air mengingatkan tentang kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus Kristus (Roma 6:3-4).

Kedua, perjamuan Tuhan adalah sebagai peringatan kematian-Nya. Saat kita makan roti tidak beragi dan minum air buah anggur, kita “memberitakan kematian Tuhan sampai Ia datang” (1 Korintus 11:26).

Ketiga, ibadah kita pada hari Tuhan, hari pertama dalam minggu, mengingatkan kita tentang kebangkitan-Nya (Matius 28:1; Kisah Para Rasul 20:17; Wahyu 1:10).

Natal sebagai hari raya keagamaan tidak dikenal di dalam Kitab Suci. Sebagai hari raya suci, Natal tidak diotoritaskan oleh Allah. Perayaan-perayaan yang tidak diotortiaskan menjadikan ibadah kita sia-sia (Matius 15:9). Orang Kristen suka membaca tentang kelahiran Kristus – datangnya Anak Allah ke dalam dunia – tetapi kita tidak berani untuk menghormati Dia dengan cara yang Dia sendiri katakan tidak menghormati Dia, yaitu memelihara ajaran dan perintah manusia.

Beberapa orang akan mengklaim bahwa kita menolak kelahiran Kristus dari perawan Maria karena kita tidak merayakan Natal sebagai hari raya suci agama – tapi itu adalah kebohongan! Saya percaya pada kelahiran Kristus dari perawan Maria (Yesaya 7:14; Matius 1:18-23; Lukas 1:27). Allah tidak ingin Anak-Nya diingat sebagai bayi yang terbaring di dalam sebuah palungan, tetapi sebagai Juruselamat yang menderita dan sekarang sebagai Penebus yang sudah bangkit. (Penulis: David Padfield, Alih bahasa: Harun Tamale)

Blog Artikel

Artikel Terkait

Back to Top

Cari Artikel