Menu Melayang

sabdainjil@gmail.com

Jumat, 26 Mei 2023

Apakah Perpecahan Agama Berkenan Kepada Allah?


“Supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku” (Yohanes 17:21)

Roh Kudus telah menyatakan kehendak Allah kepada manusia dalam Kitab Suci yang diilhami. “Karena kepada kita Allah telah menyatakannya oleh Roh, sebab Roh menyelidiki segala sesuatu, bahkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri Allah” (1 Korintus 2:10). Alkitab memberitahukan apa yang harus dilakukan seseorang agar berkenan kepada Allah dan tetap berdiri benar pada pemandangan-Nya. Intinya, Alkitab menyatakan apa yang berkenan kepada Allah.

Lalu, apa yang katakan Kitab Suci, Firman Allah tentang perpecahan agama? Manusia mengatakan bahwa perpecahan yang demikian diperkenankan. Mereka berkata, “Satu gereja sama baiknya dengan gereja lain” dan Anda bisa “menghadiri gereja pilihan Anda.” Tapi apakah Allah menyetujui dalam firman-Nya tentang ide-ide seperti itu? Apakah perpecahan agama berkenan kepada-Nya? Sesungguhnya, apakah yang diajarkan Alkitab tentang perpecahan agama?

Perpecahan di Korintus

Dalam 1 Korintus 1, penulis yang diilhami, rasul Paulus, menyadari bahwa telah terjadi perpecahan agama di kota Korintus, di antara mereka yang seharusnya menjadi hamba Allah dan Kristus. Dia menyatakan situasinya dengan cara ini: "Tetapi aku menasihatkan kamu, saudara-saudara, demi nama Tuhan kita Yesus Kristus, supaya kamu seia sekata dan jangan ada perpecahan di antara kamu, tetapi sebaliknya supaya kamu erat bersatu dan sehati sepikir. Sebab, saudara-saudaraku, aku telah diberitahukan oleh orang-orang dari keluarga KloĆ« tentang kamu, bahwa ada perselisihan di antara kamu. Yang aku maksudkan ialah, bahwa kamu masing-masing berkata: Aku dari golongan Paulus. Atau aku dari golongan Apolos. Atau aku dari golongan Kefas. Atau aku dari golongan Kristus. Adakah Kristus terbagi-bagi? Adakah Paulus disalibkan karena kamu? Atau adakah kamu dibaptis dalam nama Paulus?” (1 Kor. 1:10-13).

Keadaan di Korintus sangat mirip dengan kondisi saat ini. Meskipun semua orang di Korintus seharusnya melayani Allah, namun mereka menyebut diri mereka dengan nama yang berbeda-beda. Sebagian orang mengatakan mereka dari golongan Paulus, sebagian dari golongan Apolos dan sebagian dari golongan Kefas (Petrus). Apakah Paulus, yang diilhami oleh Allah, mengatakan hal ini oke-oke saja karena mereka semua mencoba melakukan apa yang mereka pikir benar? Apakah dia mengatakan tidak masalah nama siapa yang mereka pakai karena mereka bisa memakai nama pilihan mereka? TIDAK! Dia mengutuk mereka atas praktik dan sikap mereka ini. Dia memohon kepada mereka untuk erat bersatu dan sehati sepikir dan menaruh seluruh pengharapan dan kepercayaan mereka pada Yesus, yang telah mati bagi mereka dan yang dalam nama-Nya mereka telah dibaptiskan, sehingga tidak ada perpecahan di antara mereka. Bagi mereka, perpecahan agama itu harusnya salah. Mereka perlu untuk bersatu dalam kesatuan yang berdasarkan pada Kristus dan kebenaran Injil-Nya.

Gerakan Ekumenis Modern

Banyak orang menginginkan persatuan saat ini. Gerakan Ekumenis dan gagasan serupa telah dan terus dirumuskan dan diteruskan oleh manusia untuk mempromosikan persatuan di dunia keagamaan. Ada banyak masalah dengan tindakan ini, tetapi masalah utama dengan upaya tersebut adalah mereka berlambangkan filosofi bahwa "yang satu sama baiknya dengan yang lain" karena hal itu didasarkan pada prinsip kesatuan dalam keberagaman.

Kesatuan dalam keberagaman adalah kesatuan yang di dalamnya masing-masing kelompok yang berbeda bersatu dengan kelompok lain untuk membentuk aliansi atau kelompok lintas agama namun tetap mempertahankan keyakinannya sendiri meskipun bertentangan dengan keyakinan kelompok lain dalam upaya untuk bersatu. Ini adalah suatu usaha bersatu meskipun berbeda dalam doktrin, praktek dan keyakinan.

Dalam Roh dan Kebenaran

Kesatuan dalam keberagaman adalah hikmat dunia karena asalnya dari manusia, bukan dari Allah, karena tidak ada ide seperti itu ditemukan di manapun dalam Kitab Suci. 1 Korintus 1:20 mengatakan hikmat dunia adalah kebodohan bagi Allah. Firman Allah, bersama dengan tuntutan untuk bernalar, penerapan logika, dan akal sehat, akan menunjukkan mengapa ide-ide manusia seperti ini adalah kebodohan.

Semua kelompok agama yang berbeda mengaku mengajarkan kebenaran, namun keyakinan dan praktek mereka tidak hanya bertentangan dengan Alkitab tetapi juga bertentangan dengan ajaran kelompok agama lain. Ketika praktik dan keyakinan dari satu kelompok bertentangan dengan kelompok lain, maka pasti ada yang salah karena kebenaran tidak bertentangan dengan kebenaran. Ketika kontradiksi seperti itu terjadi, maka seseorang pasti percaya, melakukan praktek dan beribadah dalam kesesatan.

Yesus berkata dalam Yohanes 4:24, bahwa ibadah yang berkenan harus dilakukan dalam roh dan kebenaran. Mereka yang beribadah dalam kesesatan pasti beribadah dengan sia-sia. Karena ibadah mereka sia-sia, maka mereka sesat dan begitu juga siapa pun yang bergabung dengan mereka turut membenarkan kesalahan mereka. Membiarkan, mendorong, atau terlibat dalam dosa orang lain berarti sama-sama berdosa juga (2 Yohanes 9-11). Bersatu dengan mereka yang mengajarkan doktrin palsu—doktrin selain dari yang dinyatakan dalam Alkitab sebagaimana Allah telah berbicara melalui Putra-Nya dalam Perjanjian Baru (Ibrani 1:1-2)—tidak hanya memberikan dorongan kepada guru-guru palsu ini tetapi juga mendorong orang lain untuk tunduk pada kesalahan mereka.

Kesatuan dalam keberagaman berlawanan dengan Kitab Suci. Itu juga melawan kesatuan Roh dan kesatuan iman yang ditemukan dalam Efesus 4:1-6.

Permohonan Kita

Satu-satunya cara yang tepat untuk bersatu dalam agama adalah memiliki dasar kebenaran firman Allah. Selama doktrin, filsafat, keyakinan, dan tradisi manusia dimasukkan ke dalam agama, tidak akan ada kesatuan sejati. Yesus berkata bahwa mereka yang mengajarkan ajaran manusia sebagai doktrin telah membuat agama mereka sia-sia (Matius 15:7-9). Dia menyebut orang-orang seperti itu "munafik". Rasul Paulus, dalam 2 Korintus 6:14, mengatakan bahwa kebenaran dan kejahatan tidak memiliki persekutuan satu sama lain. Seorang percaya, seorang penyembah yang benar, tidak akan pernah menjadi pasangan yang seimbang dengan seorang yang tidak percaya atau penyembah palsu.

Agar tercipta kesatuan, orang harus meninggalkan semua kepercayaan dan praktik yang tidak ada dalam Alkitab atau yang bertentangan dengannya. Dalam Yohanes 17, Yesus berdoa dengan sungguh-sungguh untuk kesatuan tersebut. Dia menginginkan agar semua orang menjadi satu sebagaimana Dia dan Bapa adalah satu (ayat 20-21).

Kita menaikkan doa yang sama. Kita memiliki keinginan yang sama. Oleh karena itu, kita hanya mengajarkan dan melakukan hal-hal yang diizinkan oleh firman Allah. Kita mendorong semua orang untuk melihat hanya pada ajaran Yesus dan menaatinya sehingga semuanya menjadi satu dan semua dapat diselamatkan. Apakah perpecahan agama berkenan kepada Allah? Tidak. Dia tidak pernah, tidak akan pernah berkenan akan hal itu. Dia menginginkan agar semua manusia menjadi satu dengan mendengarkan dan menaati Putra-Nya.

Blog Artikel

Artikel Terkait

Back to Top

Cari Artikel