Menu Melayang

sabdainjil@gmail.com

Senin, 24 April 2023

Nubuat Daniel tentang 70 Minggu

Dengan empati Yesus Kristus menyatakan bahwa kitab Perjanjian Lama yang berisi nubuatan-nubuatan tentang diri-Nya akan digenapi-Nya (Lukas 24:27, 44).  Para pelajar Alkitab telah menemukan lebih dari 300 nubuat menakjubkan yang  digenapi dalam kehidupan dan pekerjaan Anak Allah.  Salah satu dari nubuatan itu terdapat di dalam Daniel 9:24-27 tentang “70 minggu”.

Analisa yang baik terhadap Daniel 9:24 tersebut, mencakup beberapa faktor.  Pertama, seseorang harus merenungkan perkataan nubuatan itu berdasarkan latar belakang sejarah.  Kedua, pertimbangan harus dihubungkan dengan aspek-aspek teologis tentang pekerjaan Mesias yang dinyatakan dalam ayat-ayat itu.  Ketiga, Kronologi nubuatan harus diperhatikan dengan teliti; hal itu adalah sebuah contoh utama dari betapa telitinya nubuatan Ilahi itu.  Keempat, sebagai faktor terakhir, seseorang harus merenungkan hukuman yang akan datang ke atas orang Yahudi oleh karena menolak Kristus.  Marilah kita perhatikan setiap faktor ini lebih lanjut.

Konteks Sejarah

Karena kejatuhan orang Israel, maka nabi Yeremia menubuatkan bahwa orang Yahudi akan diserahkansebagai tawanan kepada bangsa Babilonia. Di negeri asing itu mereka akan ditahan selama 70 tahun (Yeremia 25:12; 29:10). Peringatan nabi Yeremia ini terbukti sungguh akurat. Periode penawanan oleh bangsa Babilonia berlangsung selama 70 (Daniel 9:2; 12 Tawarikh 36:21; Zakharia 1:12; 7:5). Tetapi mengapa penawanan selama 70 tahun yang didekritkan? Mengapa bukan 60 atau 80 tahun? Tentu ada alasan bagi kurun waktu ini.

Hukum Musa memerintahkan orang Israel untuk memperingati setiap tahun ketujuh sebagai tahun Sabat.  Alasannya adalah untuk istirahat (Imamat 25:1-7).  Nyatanya selama berabad-abad orang Israel mengabaikan peraturan Ilahi yang ditentukan itu.  Dalam sejarah sebelum penawanan, nampaknya tidak ada contoh bahwa mereka menghormati hukum tahun Sabat.  Jadi, menurut kesaksian seorang penulis Alkitab, bahwa 70 tahun masa penawanan di Babilonia telah ditetapkan “sampai tanah itu pulih dari akibat dilalaikannya tahun-tahun sabatnya” (2 Tawarikh 36:21).

Jika setiap 70 tahun masa penawanan menunjukkan suatu pelanggaran terhadap tuntutan tahun Sabat (yaitu setiap 7 tahun) seperti yang dikatakan dalam 2 Tawarikh 36:21, maka hal ini mengindikasikan bahwa orang Israel telah melalaikan perintah Allah selama 490 tahun.

Oleh karena itu era penawanan dapat dilihat kembali ke belakang yaitu hampir 5 abad orang Israel melakukan dosa dengan melalaikan tahun Sabat.  Pada saat yang sama, nubuatan Daniel menunjuk ke depan kepada suatu waktu 490 tahun di masa akan datang – ketika “Seorang yang Diurapi” akan “menghakhiri dosa” (Daniel 9:24).  Kelihatannya, nubuatan Daniel menandai pertengahan perjalanan dalam skema sejarah orang Israel.  Perhatikanlah diagram di bawah ini tentang 70 tahun masa penawanan:

Dosa (490 tahun) <----70 tahun masa penawanan----> Akhir Dosa (490 tahun)
2 Tawarikh 36:21)                                                            2 Tawarikh 36:21

Pada tahun pertama pemerintahan Darius yang ditetapkan menjadi raja atas Kaldea (538 SM), Daniel yang merenungkan jangka waktu yang dikatakan oleh nubuatan Yeremia, menghitung bahwa periode penawanan hampir berakhir (Daniel 9:1-2).  Daniel berdoa kepada Tuhan.  Nabi Daniel mengaku dosa-dosanya sendiri dan juga dosa-dosa bangsanya.  Dia memohon kepada Yahweh (TUHAN) untuk menghapuskan murka-Nya dari Yerusalem dan mengizinkan orang Israel untuk membangun kembali Bait Allah (Daniel 9:16-17).  Rumah Allah akan dibangun kembali.  Suatu berkat yang lebih berarti akan datang, melalui pribadi Seorang yang Diurapi (Kristus) yang lebih besar daripada Bait Allah (bdg. Matius 12:6).  Nubuatan ini adalah berita penghiburan yang menggembirakan bagi orang-orang Ibrani yang sedang bersedih hati dalam penawanan.

Untuk menghargai perhitungan kronologis yang akan terjadi, data tentang penawanan, deportasi, dan kepulangan berikut ini perlu diperhatikan:




  Deportasi (Pembuangan)
606-605 SM (2 Raja-raja 24:1; Daniel 1:1-6).
597 SM (2 Raja-raja 24:10; Yehezkiel 1:2)
586 SM (2 Raja-raja 25:8)


Kepulangan
536 SM (Ezra 2:2 – Zerubabel)
457 SM (Ezra 7:6-7 – Ezra)
444 SM (Nehemia 2:1, 11 – Nehemia)

Konteks yang menarik ini membentangkan tujuan utama misi Kristus ke bumi.  Pertama, Mesias akan datang untuk menangani masalah dosa manusia.  Ia akan “mengakhiri pelanggaran,” “mengakhiri dosa” dan mengadakan “perdamaian karena kesalahan.”  Tema itu dikembangkan dengan mulia di seluruh Perjanjian Baru (lihat Matius 1:21; 20:28; 26:28; 1 Korintus 15:3; 2 Korintus 5:21; Galatia 1:4; Efesus 1:7; Kolose 1:20; 1 Petrus 2:24; Wahyu 1:5 – ayat-ayat contoh dalam Perjanjian Baru  yang berhubungan dengan topik mulia ini).

Kenaikan Kristus ke surga tidak “mengakhiri” dosa, dalam arti kejahatan dihapuskan dari bumi ini. Sebaliknya, pekerjaan Sang Juruselamat adalah untuk memperkenalkan sebuah sistim yang dapat menyediakan sebuah jalan keluar yang efektif dan bersifat permanent kepada manusia berdosa yang sedang dalam bahaya. Ini merupakan salah satu tema dalam kitab Ibrani. Kematian Yesus adalah “sekali untuk semua orang” (lihat Ibrani 9:26). Tuhan tidak akan pernah kembali lagi ke bumi untuk mengulangi penderitaan di Kalvari.

Adalah menarik untuk memperhatikan bagaimana Daniel menekankan bahwa Seorang yang Diurapi akan menangani masalah “pelanggaran”, “dosa”, dan “kesalahan”, yang menunjukkan bahwa Tuhan sanggup untuk menangani kejahatan dalam segala bentuknya yang mengerikan. Hampir sama juga dengan nabi Yesaya dalam Yesaya 53 menyatakan bahwa Mesias akan mengorbankan diri-Nya bagi “pelanggaran” (53:8,12), “dosa” (53:10,12), dan “kesalahan” (53:5,6,11). Juga layak dikatakan bahwa Yesaya 53 seringkali dikutip di dalam Perjanjian Baru yang berhubungan dengan pekerjaan penebusan yang dilakukan Tuhan pada saat kedatanganNya yang pertama. Oleh karena Daniel 9:24dst dengan jelas memiliki arah yang identik, maka juga berfokus pada pekerjaan Sang Juruselamat di salib dan bukan pada kedatanganNya yang kedua kalinya seperti yang diduga oleh para penganut Premillenialisme.

Kedua
, selain pekerjaan-Nya dalam penebusan dosa, Daniel menunjukkan bahwa Mesias akan melayani di sebuah zaman “kebenaran kekal”. Hal ini jelas  ditujukan pada dispensasi (zaman Injil). Dalam Perjanjian Baru, Paulus dengan tegas menyatakan bahwa rencana surgawi untuk menjadikan manusia sebagai orang benar telah dinyatakan pada saat ini (Roma 3:21-26) melalui Injil (Roma 1:16-17).

Ketiga
, berita yang disampaikan malaikat menyatakan bahwa sebagai hasil pekerjaan Mesias, maka “penglihatan dan nubuatan” akan dimeteraikan. Istilah Ibrani menunjukkan bahwa itu berarti telah “disimpulkan” atau telah “selesai”. Harus ditekankan di sini bahwa tujuan utama Perjanjian lama adalah untuk mengumandangkan kedatangan Anak Allah. Petrus menyatakan bahwa para nabi terdahulu telah menyerukan tentang “penderitaan Kristus dan kemuliaan yang akan mengikuti mereka.” Petrus meneguhkan bahwa berita ini sekarang telah diumumkan dalam Injil (1 Petrus 1:10-12).  Disinilah poin pentingnya. Melalui kedatangan Juruselamat untuk menebus manusia, dan dengan lengkapnya Perjanjian Baru yang membentangkan berita itu, maka kebutuhan akan “penglihatan dan nubuatan” telah menjadi tidak terpakai lagi. Sebagai akibatnya “nubuatan” (dan karunia-karunia rohani lainnya) telah “berhenti” (lihat 1 Korintus 13:8-13; Efesus 4:11-16). Tidak ada lagi “penglihatan” secara ajaib dan “nubuatan-nubuatan” yang diberikan oleh Allah sekarang ini.

Keempat
, Daniel menyatakan bahwa “Yang Maha Kudus” akan diurapi. Apa arti dari ungkapan ini? Para penganut paham Premillennialisme Dispensasi menginterpretasikan bahwa ungkapan ini ditujukan kepada pembangunan kembali bait Allah orang Yahudi pada zaman “millennium”. Tetapi konsep premillennelisme ini tidak didukung oleh fakta-fakta Alkitab. Pandangan apapun yang diadopsi oleh seseorang tentang ungkapan ini harus konsisten (selaras) dengan data Alkitab lainnya. Ungkapan “Yang Maha Kudus” kemungkinan adalah kiasan yang ditujukan kepada Yesus Kristus sendiri, dan “pengurapan” ditujukan kepada anugerah Tuhan melalui Roh Kudus pada permulaan pelayanan Yesus (Matius 3:16; Kis.10:38). Perhatikan faktor-faktor berikut ini:
  1. Sementara mungkin bahwa tata bahasanya dapat mencerminkan suatu hal atau tempat (dalam bentuk netral) “yang maha kudus”, maka ungkapan itu juga dapat menghasilkan pengertian maskulin (dalam bentuk laki-laki), yaitu “Seorang yang Maha Kudus”.   Konteks ini secara langsung menunjuk kepada bentuk maskulin, karena disebutkannya ‘seorang yang diurapi, seorang raja” di ayat 25.
  2. Tindakan “mengurapi”jelas ditujukan pada kurun waktu yang sama dengan peristiwa yang disebutkan sebelumnya, yang sangat berhubungan dengan kedatangan Tuhan Yesus yang pertama kali ke bumi ini, yaitu 2000 tahun yang lalu, dan bukan kedatanganNya yang kedua kalinya nanti.
  3. Pasti bahwa tindakan mengurapi tidak pernah berhubungan dengan ruang “maha kudus” dalam bait Allah orang Yahudi.
  4. Pengurapan yang dipraktekkan dalam periode Perjanjian Lama adalah untuk upacara pelantikan dan pentahbisan bagi jabatan nabi (1 Raja 19:16), imam (Keluaran 28:41), dan raja (1 Samuel 10:1). Dihubungkan dengan Kristus, Ia memiliki ketiga jabatan ini (lihat Kis. 3:20-23; Ibrani 3:1; Matius 21:5).
  5. Pengurapan Yesus telah dinubuatkan dalam ayat lain Perjanjian Lama (Yesaya 61:1), dan sebenarnya nama “Kristus” artinya “yang diurapi”.

Kelima, Seorang yang Diurapi akan “membuat perjanjian yang kokoh bagi banyak orang” (Daniel 9:27a). Itu artinya bahwa perjanjian Mesias akan tetap kokoh, meskipun Yesus akan dibunuh. “Perjanjian” ini adalah perjanjian kasih karunia dimana Mesias melalui kehidupan dan kematianNya dapat  menyediakan keselamatan bagi umatNya.

Keenam
, karena kematian Kristus, maka “korban sembelihan dan korban santapan” akan berhenti (Daniel 9:27b). Ini merupakan kiasan dari berhentinya korban-korban yang dipersembahkan orang Yahudi oleh karena persembahan korban akhirYesus di bukit Golgota. Ketika Tuhan Yesus mati, Hukum Musa telah “dipakukan pada kayu salib” (Kolose 2:14). “Tembok pemisah” telah dirobohkan (Efesus 2:13-17), dan “perjanjian pertama” telah digantikan oleh yang “kedua” (Ibrani 10:9-10). Perjanjian kedua ini adalah “perjanjian baru” dalam nubuatan terkenal Yeremia (Yeremia 31:31-34; dbg. Ibrani 8:7dst) dan disahkan oleh darah Yesus sendiri (Matius 26:28). Konteks ini kaya dengan kebenaran tentang penyelesaian pekerjaan penebusan yang dilakukan oleh Kristus.

Elemen waktu nubuatan terkenal ini menolong orang Ibrani yang giat belajar mampu mengetahui kapan Mesias yang dijanjikan itu akan mati bagi dosa-dosa manusia. Kronologi konteks nubuatan ini mencakup tiga hal:
  1. Permulaannya;
  2. Jangka waktu;
  3. Peristiwa akhir.
Permulaannya bertepatan dengan sebuah perintah untuk “memulihkan dan membangun kembali Yeerusalem”. Jangka waktu antara permulaan dengan peristiwa akhir dinyatakan secara spesifik “tujuh puluh minggu”. Itu berarti  berjumlah 490 hari. Setiap hari  mewakili satu tahun dalam sejarah nubuatan. Kebanyakan para pelajar Alkitab konservatif berpendapat bahwa symbol ini menunjukkan suatu periode kira-kira 490 tahun. Akhirnya, peristiwa akhir adalah Seorang yang Diurapi akan disingkirkan (Daniel 9:26). Sebenarnya kronologinya dibagi menjadi tiga segmen, jumlah keseluruhan yang merepresentasikan 486 ½ tahun (Ini  menunjukkan waktu antara perintah untuk memulihkan Yerusalem sampai dengan kematian Mesias).

Jika seseorang dapat menentukan tanggal permulaan nubuatan ini, maka itu akan lebih relative masalahnya untuk menambahkan kepadanya jangka waktu yang dinyatakan secara spesifik di dalam teks itu, dengan demikian mendapatkan waktu yang tepat ketika Tuhan Yesus dibunuh. Oleh karena itu mari kita persempit focus kita tentang hal ini.  Hanya ada tiga kemungkinan tanggal permulaan dari kalender 70 minggu tersebut.  Pertama, Zerubabel memimpin kepulangan pertama orang Yahudi dari penawanan pada tahun 536 SM. Tetapi nampaknya ini sepertinya bukan permulaannya, karena 486 tahun dari 536 SM akan berakhir pada tahun 50 SM, yang berarti masih delapan puluh tahun sebelum kematian Yesus. Kedua, perintah yang diberikan di dalam Yehezkiel 1:2-3 adalah untuk membangun kembali bait Allah. Selanjutnya yang ketiga, beberapa orang melihat perintah Nehemia (444 SM) sebagai waktu permulaan nubuatan ini, khususnya karena Nehemia dipercayakan tugas untuk membangun kembali tembok Yerusalem (nehemia 2:3,5). Tetapi 486 tahun mulai dari tahun 444 SM akan berakhir pada tahun 42 M,yang berarti 12 tahun setelah kematian Yesus. Ada pendapat mengatakan bahwa 7 tahun sesungguhnya tidak berarti bila dibandingkan dengan jangka waktu nubuatan yang hampir 5 abad. Bisa saja itu memungkinkan, tetapi posisi dari pandangan tentang ketepatan nubuatan Perjanjian Lama  mengenai waktu kedatangan Yesus dan penyelesaian pekerjaanNya ini diragukan.  Perhatikan indikasi waktu berikut ini mengenai kedatangan Kristus yang pertama kali.

1.      Kristus, taruk, tidak akan datang sampai garis keturunan Isai menjadi sebuah tunggul (Yesaya 11:1). “Tunggul” adalah sisa batang pohon yang ditebang, yang masih berdiri di atas permukaan tanah.  Raja terakhir dari keluarga Isai adalah Yekhonya (Yeremia 22:24-30).
2.      Mesias dan KerajaanNya akan datang pada zaman raja-raja Romawi memerintah (Daniel 2:44), yaitu antara 63 SM sampai 476 M.
3.      Silo akan datang sebelum Yehuda kehilangan haknya untuk memerintah sendiri (Kejadian 49:10). Hak kemerdekaan politik itu bertahan hingga 6 M ketika Arkhelaus, anak Herodes Agung (Matius 2:22) diturunkan dari tahta.
   4.   Sebagai anti-type domba Paskah ( 1 Korintus 5:7), Kristus dibunuh pada waktu Hari Raya Paskah (Yohanes 13:1); faktanya, bahwa domba Paskah dibunuh pada waktu senja (Keluaran 12:6), demikian juga Yesus mati pada jam 3 petang (Markus 15:34, 37).
   5.   Tuhan Yesus secara berulang-ulang membicarakan tentang waktu-Nya yang akan tiba, yang penggenapan pada kematian-Nya (Yohanes 2:4; 7:30; 8:20; 21:23, 27; 13:1; 16:32; 17:1).
   6.   Dengan melihat ketelitian indikasi-indikasi nubuatan ini, maka nampaknya bahwa nubuatan Daniel 9 ditujukkan kepada kematian Mesias yang terjadi ratusan tahun kemudian.

            Pada tahun 457 SM, Ezra memimpin kepulangan orang Yahudi yang kedua dari Babilonia ke Yerusalem.  Apakah tahun ini berlaku secara matematis?  Ya.  Jika dihitung dari 457 SM, dan berlangsung selama 486 ½ tahun, maka hasilnya sampai ke tahun 30 M – tahun penyaliban Yesus.  Ini adalah pandangan yang diterima secara umum.

            Keberatan paling kuat terhadap argument ini adalah bahwa Ezra tidak mengeluarkan tuntutan untuk membangun kembali kota Yerusalem, dan oleh karena itu, permulaan nubuatan itu tidak dapat dimulai dari tahun kepulangan Ezra dari Babilonia ke Yerusalem.  Seorang sarjana Alkitab bernama Gleason Archer menanggapi pernyataan tanpa bukti ini dengan meneguhkan misi Ezra tersebut demikian:
Rupanya termasuk otoritas untuk memulihkan dan membangun kota Yerusalem (dengan menarik kesimpulan dari Ezra 7:6, 7, dan juga 9:9, yang menyatakan, Ezra ini berangkat pulang dari Babel. Ia adalah seorang ahli kitab, mahir dalam Taurat Musa yang diberikan TUHAN, Allah Israel. Dan raja memberi dia segala yang diingininya, oleh karena tangan TUHAN, Allahnya, melindungi dia.  Juga berangkat pulang ke Yerusalem beberapa rombongan orang Israel dan imam, orang Lewi, penyanyi, penunggu pintu gerbang dan budak di bait Allah pada tahun ketujuh zaman raja Artahsasta. 9:9, Karena sungguhpun kami menjadi budak, tetapi di dalam perbudakan itu kami tidak ditinggalkan Allah kami. Ia membuat kami disayangi oleh raja-raja negeri Persia, sehingga kami mendapat kelegaan untuk membangun rumah Allah kami dan menegakkan kembali reruntuhannya, dan diberi tembok pelindung di Yehuda dan di Yerusalem.  Meskipun Ezra sebenarnya tidak sukses menyelesaikan pembangunan kembali tembok kota hingga Nehemia tiba 13 tahun kemudian, adalah masuk akal untuk mengerti tahun 457 sM, sebagai terminus a quo bagi dekrit yang dinubuatkan dalam Daniel 9:25 (1964, p. 387, emp. in orig).

            Pada pertengahan minggu ke tujuh, yakni setelah penggenapan 486 ½ tahun, seorang yang diurapi akan “disingkirkan” yang ditujukan kepada kematian Yesus.  Hal serupa juga dinubuatkan Yesaya bahwa Yesus akan “terputus dari negeri orang-orang hidup” (Yesaya 53:8).

PERINCIAN SECARA KRONOLOGIS

Tetapi mengapa 70 minggu dalam nubuatan Daniel dibagi menjadi tiga segmen 7 minggu, 62 minggu, dan pertengahan 70 minggu?  Pasti ada tujuannya dalam perincian ini.
1.      7 minggu bagian pertama (secara harfiah 49 tahun) mencakup periode waktu selama pembangunan kembali Yerusalem yang akan berlangsung berikut kepulangan orang-orang Ibrani ke Palestina (Daniel 9:25 b).  Ini adalah jawaban doa Daniel (Daniel 9:25b).  Era pembangunan kembali itu akan terjadi ”ditengah-tengah kesulitan-kesulitan.”  Musuh-musuh orang Yahudi mengganggu mereka pada permulaan pembangunan (lihat Ezra 4:1-6) dan terus melakukan hal itu hingga zaman Ezra dan Nehemia.  Whitcomb menggambarkan periode ini sebagai berikut.

Salah satu dari hasil ketahanan di bawah pimpinan Ezra kelihatan sebagai suatu usaha orang-orang Yahudi untuk membangun kembali tembok Yerusalem.  Sebaliknya hal ini membangkitkan murka Rehum dan Simsai, yang menulis surat tuduhan terhadap orang Yahudi kepada Artasasta (Ezra 4:7-16). Rehum dan Simsai yang menerima dektrit ini dari raja, segera ke Yerusalem dan ”dengan kekerasan mereka memaksa orang-orang itu menghentikan pekerjaan itu,” dengan dugaan membongkar tembok yang telah dimulai itu dan membakar pintu-pintu gerbangnya (Ezra 4:23; Nehemia 1:3).  Itulah kabar dari malapetaka itu yang mengejutkan Nehemia dan menyebabkan dia berlutut kepada Allah (1962, p. 432).
2.      62 minggu segmen kedua (434 tahun), jika ditambahkan kepada 49 tahun sebelumnya menghasilkan jumlah keseluruhan 483 tahun.  Ketika kiasan ini dihitung dari tahun 457 sM, maka itu berakhir pada tahun 26 M.  Ini merupakan tahun pembaptisan Yesus dan permulaan pelayanan-Nya di muka umum.  Dengan memulai dari tahun 457 sM dan menghitung ke depan 483 tahun (49+434) akan sampai ke tahun 26 M, kira-kira waktu pembaptisan Yesus (Matius 3:13 dst.).
3.      Pertengahan 70 minggu bagian ketiga dari kronologi dalam nubuatan Daniel (yaitu kira-kira 3 ½ tahun melebihi akhir 69 minggu).  Hal ini secara menakjubkan tergenapi dalam 3 ½ tahun pelayanan pribadi Yesus.  Pelayanan Tuhan menjangkau kerangka perkiraan waktu ini dapat diobservasi tidak ada selain dari periode yang mencakup 4 kali Hari Raya Paskah (Yohanes 2:13, 23; 5:1; 6:4; 12:1).  Sebagai tambahan kepada minggu-minggu yang mendahului yang pertama dalam Yohanes 2:13.  Segmen dalam nubuatan ini disimpulkan ke tahun 30 M – tahun kematian Juruselamat.
Penganut teori dispensasi berpendapat bahwa 69 minggu dalam nubuatan Daniel mencapai puncaknya pada kematian Yesus. Selanjutnya ada dugaan bahwa ada jarak besar antara 69 minggu dan 70 minggu, yang dikenal dengan “zaman gereja” dan sepenuhnya tidak dikenal oleh nabi-nabi Perjanjian Lama.  Oleh karena menurut pola dispensasi, 70 minggu  yang disebut sebagai “periode penderitaan” (selama 7 tahun) yang harus mendahului perang Armagedon dan1000 tahun pemerintahan Yesus di bumi.  Kepalsuan pernyataan pandangan ini dinyatakan dengan fakta bahwa ayat-ayat itu tidak membicarakan tentang kematian Mesias yang terjadi pada 69 minggu.  Sebaliknya, teks dengan jelas berbicara tentang seorang yang diurapi disingkirkan setelah 69 minggu (Daniel 9:26 a).
Secara mutlak tidak ada pembenaran terhadap asumsi bahwa ada jarak ratusan tahun antara ke 69 minggu sampai ke 70 minggu dalam nubuatan ini.  Fakta yang benar adalah bahwa 278 minggu telah berlalu sejak kematian Tuhan Yesus.  Lalu bagaimana kita masih dapat menunggu 70 minggu itu?  Apakah tidak masuk akal untuk menyimpulkan bahwa jika ada kelanjutan sejarah antara ke 7 minggu sampai minggu berikutnya, maka harus ada juga kelanjutannya antara ke 69 minggu ke 70 minggu?  Betapa tragisnya bahwa beberapa rohaniawan akan sampai memotong teks Alkitab agar membenarkan teori-teori kesayangan mereka.

Poin utama yang ditekankan dalam nubuatan mulia Daniel tentang 70 minggu adalah kematian raja yang diurapi.  Terjemahan bahasa Inggris dari Septuaginta (Alkitab Perjanjian Lama versi bahasa Yunani) adalah tentang kedatangan “Kristus Raja” (ayat 25a), istilah “Raja” digunakan dalam pengertian “kebesaran Kerajaan” dan sering di dalam Perjanjian Lama ditujukan pada seorang raja (1 Samuel 9:16; 10:1; 13:14).  Kristuslah raja itu (Matius 2:2; 21:5).
Telah dinubuatkan bahwa Mesias akan “disingkirkan” (ayat 26a).  Dalam istilah Ibrani kata itu memiliki pengertian hukuman mati secara umum, tanpa ada definisi tingkah laku (bdg. Kejadian 9:11; Keluaran 31:14; Bilangan 15:32).  Versi Alkitab Syria menterjemahkan kalimat itu dengan ”Mesias akan di bunuh.”  Meskipun istilah yang berbeda digunakan, namun perhatikan ekspresi yang serupa terdapat dalam Yesaya (53:8 – ”ia terputus dari negeri orang-orang hidup.”
Mesias akan disingkirkan, ”padahal tidak ada salahnya apa-apa (ayat 26a).  Dalam Alkitab bahasa Inggris ASV (American Standard Version) menterjemahkan dengan ”tidak memiliki apa-apa” atau ”tidak akan ada apapun yang menjadi miliknya.”  Ini berarti bahwa dengan kematian Kristus, dari sudut pandang silsilah-Nya, nampak bahwa Ia tidak memiliki apa-apa gerakan-Nya telah selesai!  (Lihat Lukas 24:21 dimana pengharapan diungkapkan bahwa oleh karena orang Israel menolak Dia dengan membunuh-Nya, maka demikianlah Ia akan meninggalkan Israel jasmani dan mereka tidak akan menjadi milik-Nya lagi – suatu tanda hukuman ke atas mereka kelak).
Nubuatan juga menyatakan: ”Raja itu akan membuat perjanjian itu menjadi berat bagi banyak orang selama satu kali tujuh masa. Pada pertengahan tujuh masa itu ia akan menghentikan korban sembelihan dan korban santapan; dan di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan, sampai pemusnahan yang telah ditetapkan menimpa yang membinasakan itu" (Daniel 9:27).  Seperti telah dibahas sebelumnya, pertengahan minggu (3½ tahun) menunjukkan pelayanan pribadi Tuhan Yesus, yang mencapai puncaknya pada saat kematian-Nya.  Sehingga sebagai akibatnya, hukum Musa dengan korban sembelihan dan korban santapannya menjadi berakhir.  Hukum Taurat telah dipakukan pada salib (Kolose 2:14); sebagai suatu ”tembol pemisah,” hukum Taurat telah dirobohkan oleh kematian Kristus (Efesus 2:13-17).  Kristus telah membuat sebuah Perjanjian Baru (sebagaimana dinubuatkan oleh Yeremia 31:31-34; bdg. Ibrani 8:6 dst) yang disahkan dengan mencurahkan darah-Nya sendiri (Matius 26:28).
Tetapi ada pertanyaan yang muncul: Jika Kristus telah disingkirkan pada pertengahan minggu terakhir itu, mengapa teks menyatakan bahwa Tuhan akan membuat perjanjian dengan banyak orang selama “satu minggu”?  Dengan kata lain, apakah signifikannya dengan 70 minggu penuh?  Kemungkinan masa akhir dari minggu akhir penuh itu sampai kepada waktu pertobatan Saul yang mulai pada saat itu Injil tersebar dengan cepat dan menonjol di antara orang-orang non Yahudi.  Pertobatan Paulus secara umum terjadi 3-4 tahun setelah kematian Kristus.
Akhirnya, pandangan premillenial terhadap perjanjian perlu dibahas.  Para penganut dispensasionalisme berpendapat bahwa “perjanjian” ini adalah sebuah persetujuan antara antikristus dan Israel selama masa yang disebut “penderitaan besar” yang mendahului periode millennium.  Para pengajar pandangan yang salah ini selanjutnya mempertahankan bahwa penghentian korban sembelihan ditujukan pada berakhirnya Yahudi yang telah dipulihkan (dengan segala korban-korban pesembahan binatangnya) pada awal masa periode penderitaan besar.  Dengan kata lain, menurut dugaan mereka bahwa karena sebuah perjanjian telah dibuat dengan antikristus, maka sistim Perjanjian Lama akan dipulihkan kembali selama 3½ tahun masa penderitaan besar.  Tetapi antikristus akan melanggar perjanjian itu, sehingga korban-korban sembelihan akan berhenti pada pertengahan minggu terakhir itu.
Akhirnya, pandangan premillenial terhadap perjanjian perlu dibahas.  Para penganut dispensasionalisme berpendapat bahwa “perjanjian” ini adalah sebuah persetujuan antara antikristus dan Israel selama masa yang disebut “penderitaan besar” yang mendahului periode millennium.  Para pengajar pandangan yang salah ini selanjutnya mempertahankan bahwa penghentian korban sembelihan ditujukan pada berakhirnya Yahudi yang telah dipulihkan (dengan segala korban-korban pesembahan binatangnya) pada awal masa periode penderitaan besar.  Dengan kata lain, menurut dugaan mereka bahwa karena sebuah perjanjian telah dibuat dengan antikristus, maka sistim Perjanjian Lama akan dipulihkan kembali selama 3½ tahun masa penderitaan besar.  Tetapi antikristus akan melanggar perjanjian itu, sehingga korban-korban sembelihan akan berhenti pada pertengahan minggu terakhir itu.
Ada dua hal yang perlu diperhatikan:
1.      Hal ini kontradiksi dengan seluruh ayat-ayat Alkitab yang meneguhkan penghapusan hukum Musa secara permanen.  Dalam Kolose 2:14, penulis mengatakan bahwa hukum ”telah dihapuskan.”  Kata kerja Yunani-nya adalah perfect tense; hal itu menekankan tentang penghapusan perjanjian Musa secara permanen.  Hukum Perjanjian Lama telah menjalankan fungsinya (Galatia 3:24-25) dan tidak akan pernah dipulihkan kembali.
2.      Mengambil nubuatan Alkitab yang berhubungan dengan Kristus dan perjanjian-Nya, dan kemudian mengaplikasikan hal itu kepada antikristus dan sebuah perjanjian, itu berarti telah menyelewengkan ayat Kitab Suci dan sebagai suatu nada ketidaksetiaan.
Kitab Daniel mencatat nubuatan tentang serangan bangsa Roma terhadap Yerusalem dan kehancuran bait Allah.  Telah tertulis bahwa “... maka datanglah rakyat seorang raja memusnahkan kota dan tempat kudus itu.....” (26b).
Telah diumumkan bahwa penghancuran dan perang telah ditentukan dan hal itu akan datang seperti air bah besar.  Fakta-fakta sejarah tentang situasi itu adalah sebagai berikut ini.  Selama pemerintah wali negeri Florus (66 M), orang-orang Yahudi memberontak melawan pemerintahan Roma.  Hal ini menenggelamkan orang-orang Yahudi ke dalam beberapa tahun berdarah, perang yang mengerikan dengan orang Roma.  ”Raja” yang memimpin tentara Roma adalah Titus, putra dan penerus Vespasian yang termasyur.  (Catatan: ”Raja” di ayat 26a tidak sama dengan raja, seorang yang diurapi, Kristus di ayat 25.  Raja di ayat 26 datang setelah seorang yang diurapi disingkirkan).
Selama masa bencana yang mengerikan ini, kota Yerusalem dibakar (Matius 22:7) dan tempat kudus (bait Allah) dihancurkan.  Yesus telah mengatakan kepada orang Yahudi pada masa pelayanan-Nya bahwa bait Allah akan dihancurkan.  Dan menang, hanya satu batu dari bait Allah itu, dan bagian-bagian dari yang lainnya yang secara positif telah diidentifikasi oleh para arkeolog (ahli purbakala).  J.N. Gedlenhuys, menyimpulkan peristiwa mengerikan ini, berkata bahwa Titus:
Menyerbu kota itu dengan pasukannya, menghancurkan dan menjarah bait Allah itu, dan membunuh orang-orang Yahudi, laki-laki, perempuan dan anak-anak sebanyak puluhan ribu.  Ketika nafsu mereka terhadap darah telah terpuaskan, maka orang Roma menawan semua sisa-sisa orang Yahudi yang sehat dan tidak bercacat (karena mereka telah membinasakan semua orang yang lemah dan lansia), jadi tidak seoranpun dari antara orang Yahudi yang dibiarkan hidup di dalam kota itu atau di daerah sekitarnya.  Hanya pada satu hari dalam tahun itu – hari peringatan kehancuran bait Allah – mereka diperbolehkan untuk berkabung atas kota itu dari puncak-puncak bukit yang terdekat dengan kota itu.

         Menarik bahwa rupanya orang Yahudi mengakui bahwa kehancuran kota Yerusalem dan bait Allah adalah kegenapan dari nubuatan Daniel.  Yosefus mendeklarasikan bahwa ”Daniel juga menulis tentang pemerintahan Roma, dan bahwa negeri kita akan dihancurkan oleh mereka.”  Berhubungan dengan kehancuran Yerusalem, Daniel berkata ” ... di atas sayap kekejian akan datang yang membinasakan ....” (27b).  Genesius mengidentifikasi ”sayap” sebagai ”puncak tertinggi dari Bait Allah.”  ”Kekejian” sering digunakan terhadap berhala-berhala dalam Perjanjian Lama (1 Raja-raja 11:5; 2 Raja-raja 23:13; Daniel 11:31; 12:11).  Di dalam konteks ini tidak diragukan jika ”kekejian” ditujukan pada bendera-bendera berhala tentara Roma.  Yosefus mengamati bahwa ketika pasukan Roma membakar bait Allah, mereka ”membawa bendera-bendera mereka ke bait Allah dan menempatkannya berlawanan dengan pintu gerbang bagian Timur bait Allah; dan di sanalah mereka mempersembahkan korban-korban bakaran kepada bendera-bendera.  Jadi pasukan Roma dengan berhala-berhala kekejian mereka telah menghancurkan kota suci dan tempat kudus (bait Allah) tepat seperti yang telah dinubuatkan Kristus sebelumnya (Matius 24:14; Lukas 21:20).
         Seseorang mungkin heran bagaimana kehacuran Yerusalem adalah sebagai bagian dari nubuatan Daniel tentang 70 minggu, khususnya karena peristiwa itu terjadi 40 tahun setelah kematian Kristus.  Tetapi harus dicatat bahwa Daniel tidak meneguhkan bahwa kehancuran kota Yerusalem akan terjadi dalam 70 minggu.  Sebaliknya teks menunjukkan bahwa nasib buruk Yerusalem akan ditentukan dalam kurun waktu itu (26b; 27b).  Ketika orang Yahudi mencapai tanda pemberontakan mereka dan menyalibkan Mesias mereka, dekrit telah dibuat bahwa mereka akan dibinasakan.  Dengan membunuh Kristus, mereka telah mengisi ukuran sifat jahat dari nenek moyang mereka yang terkenal dengan pemberontak (bdg. Matius 23:32).  Yesus sendiri telah menubuatkan hal itu bahwa pemberontakan kumulatif (yang sudah menumpuk) itu akan dituntut (balas) dari angkatan ini (Lukas 11:50-51).  Jadi hal ini menandai ”berakhirnya Yudaisme, baik secara agama maupun secara politik sepenuhnya” – dari tempat menguntungkan di surga.
Akhrinya, komentar singkat tentang pandangan premillenial dari semuanya, inilah yang penting.  Teori dispensasi menduga bahwa “pembinasa keji” yang berdiri di tempat kudus (Matius 24:15) adalah nubuatan tentang seorang diktator yang berkuasa akan bangkit, yaitu Antikristus.  Di klaim bahwa ia akan menajiskan bait Allah yang telah dipulihkan pada masa yang disebut periode penderitaan besar, yang akan mendahului masa seribu tahun.  Ada beberapa hal yang salah dengan pandangan ini.  Pertama, kata kerja “yang disampaikan” (Yun. Rhethen) dan ”berdiri” (Yun. Hestos) dalam Matius 24:15, dalam bentuk gender neuter (netral) dan jelas tidak ditujukan kepada seorang manusia.  Kedua, tidak ada tokoh spesifik, tertentu dalam Alkitab sebagai antikristus.  Rasul Yohanes satu-satunya penulis Alkitab yang menggunakan istilah itu yang dinyatakannya pada zamannya: “sekarang telah bangkit banyak antikristu” (1 Yohanes 2:18).  Ketiga, tidak ada dimana pun dalam Alkitab yang mengisyaratkan suatu periode 7 tahun penderitaan besar.  Dan keempat, tidak ada sedikit pun indikasi bahwa tempat kudus (bait Allah) akan didirikan kembali.  Yesus berkata kepada orang Yahudi: ”lihatlah rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi” (Matius 23:38).  Nubuatan ini tentu saja termasuk bait Allah.  Secara signifikan, kata kerja ”ditinggalkan” adalah bentuk sekarang yang bersifat nubuatan sehingga kata ini secara harfiah menunjukkan: ”ditinggalkan melarat tanpa pertolongan Allah.”

KESIMPULAN

         Catatan Daniel yang diinspirasi tentang ”tujuh puluh minggu” adalah benar-benar sehingga demonstrasi validitas (keabsahan) dari nubuatan Alkitab.  Nubuatan ini tidak saja menubuatkan tentang kedatangan Mesias, tetapi juga rincian pekerjaan kebajikan-Nya.  Nubuatan ini juga menunjukkan dengan tepat waktu penyaliban Yesus.  Akhirnya, nubuatan ini juga menyatakan konsekuensi yang mematikan karena menolak putra Allah.  Betapa bersyukurnya kita kepada Tuhan karena Ia memberikan kesaksian yang begitu kaya ini. (Penulis: Wayne Jackson, M.A., Alih bahasa: Harun Tamale)

Blog Artikel

Artikel Terkait

Back to Top

Cari Artikel