Darah Anak Domba mengalir dari kitab Kejadian sampai ke kitab Wahyu, dan ada pelajaran berharga di sepanjang jalan ini.
Tipe Darah Kristus
Tipe adalah bayangan yang dipancarkan pada halaman-halaman Perjanjian Lama yang menemukan kegenapannya di dalam realitas Perjanjian Baru. Hal ini mengisyaratkan secara simbolis, bentuk gambaran realitas yang mulia di masa akan datang.
Darah Yesus pertama kali digambarkan sebagai tipe dalam persembahan kurban Habel. Oleh karena itu, Habel, yang berjalan dengan iman, menurut petunjuk Yahweh (Ibr. 11:4; Rom. 10:17) membawa persembahan di hadapan Tuhan “anak sulung kambing dombanya” (Kej. 4:4). Tetapi saudaranya Kain membawa “hasil tanah” (Kej. 4:3).
Yang satu dipersembahkan dalam ketaatan, yang lain dalam ketidaktaatan. Yang satu ada darahnya, yang lain tidak.
Saat Yahweh bersiap untuk mengirimkan tulah kesepuluh ke atas Firaun yang fasik dan rakyatnya, Ia memerintahkan orang Israel untuk memilih seekor anak domba jantan yang berumur satu tahun dan tidak bercacat.
Anak domba jantan itu harus dikurung selama empat hari dan kemudian, pada hari keempat belas bulan pertama, seluruh jemaat harus menyembelinya pada waktu senja, atau secara harfiah, "pada petang hari" (TL dalam Kel 12:6) yaitu, di antara jam ke-9 dan ke-11 (Yosefus, Wars vi, ix, 3).
Orang Ibrani harus mengoleskan darah binatang itu pada ambang atas dan pada kedua tiang pintu rumah mereka (Kel. 12:22), dan Tuhan berjanji:
“Dan darah itu menjadi tanda bagimu pada rumah-rumah di mana kamu tinggal: Apabila Aku melihat darah itu, maka Aku akan lewat dari pada kamu. Jadi tidak akan ada tulah kemusnahan di tengah-tengah kamu…” (Keluaran 12:13).
Sekarang darah anak domba yang tidak bercacat itu adalah tipe darah Kristus. Paulus, dengan ilham, menyatakan:
“Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus” (1 Korintus 5:7).
Ya, Anak Domba sempurna yang tidak bernoda dan tidak bercacat telah menebus kita (1 Pet. 1:19).
Darah Kristus dalam Nubuatan
Dalam 1 Korintus 15:3, Paulus menegaskan bahwa Kristus mati untuk dosa-dosa kita sesuai dengan kitab suci.
Narasi Perjanjian Lama tidak hanya menubuatkan kematian Anak Allah, tapi juga menubuatkan bahwa Dia akan mati dengan cara yang kejam termasuk penumpahan darah-Nya.
Yesaya berbicara tentang anak domba yang akan "dibawa ke pembantaian" (Yes. 53:7). Itu benar pembantaian!
Zakharia menulis tentang Dia yang akan "ditikam" (Zak. 12:10; lih. Maz 22:16) dan mengumumkan bahwa pada waktu itu "akan terbuka suatu sumber bagi keluarga Daud dan bagi penduduk Yerusalem untuk membasuh dosa dan kecemaran” (Zak. 13:1).
Ada banyak cara kematian yang tidak melibatkan penumpahan darah, namun, untuk beberapa alasan, telah ditentukan dalam kebijaksanaan Ilahi bahwa Yesus harus mati dengan cara yang memerlukan pencurahan darah-Nya.
Mengapa ini menurut Anda? Jawabannya terdapat dalam Imamat 17:11:
“Karena nyawa makhluk ada di dalam darahnya dan Aku telah memberikan darah itu kepadamu di atas mezbah untuk mengadakan pendamaian bagi nyawamu, karena darah mengadakan pendamaian dengan perantaraan nyawa.”
Karena dosa, manusia telah kehilangan nyawanya (lih. Kej 3:4; Rom 5:12: Ef 2:1). Jadi, sesuai dengan belas kasihan dan keadilan Allah (Ef. 2:4; Maz. 89:14), kehidupan yang tidak bersalah (dilambangkan dengan darah) perlu disediakan sebagai penukar bagi yang bersalah.
Paulus membahas masalah ini dalam kitab Roma 3. Tentang Yesus, dia berkata:
“Kristus Yesus telah ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darah-Nya. Hal ini dibuat-Nya untuk menunjukkan keadilan-Nya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaran-Nya. Maksud-Nya ialah untuk menunjukkan keadilan-Nya pada masa ini, supaya nyata, bahwa Ia benar dan juga membenarkan orang yang percaya kepada Yesus” (Roma 3:25-26).
Penulis kitab Ibrani menyatakan bahwa “tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan” (Ibr. 9:22), namun, “tidak mungkin darah lembu jantan atau darah domba jantan menghapuskan dosa” (Ibr. 10:4).
Jadi, jika manusia ingin memiliki kesempatan untuk memperoleh keselamatan, Anak Manusia harus ditinggikan, yaitu disalibkan (lih. Yoh.3:14; 12:32).
Ada bagian lain yang menarik dalam Yesaya 53:12 yang patut dipertimbangkan di sini. Nabi berkata tentang Kristus: “ia telah menyerahkan nyawanya ke dalam maut.”
Kata "nyawa" diterjemahkan dari bahasa Ibrani nephesh, yang secara harfiah berarti "kehidupan". Perhatikan Kejadian 1:30 di mana binatang, burung, dan binatang melata dikatakan memiliki “nyawa hidup” (lih. TL).
Menurut kitab Imamat, yang sudah dikutip sebelumnya, “nyawa (nephesh) makhluk ada di dalam darahnya”. Jadi, sebenarnya, Yesaya menubuatkan bahwa hamba Yahweh yang menderita (Kristus—Kisah 8:35) akan mencurahkan nyawanya (darahnya) sebagai korban penghapus dosa (lih. Yes 53:10).
Ketika Tuhan melembagakan perjamuan kudus, tentang air buah anggur—simbol darah-Nya—Dia berkata:
“inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26:28).
Mungkin perkataan Yesaya ada di benak Juruselamat pada saat itu.
Darah Kristus dalam Sejarah
Pilatus tahu apa yang akan terjadi ketika dia dengan munafik mencuci tangannya dan berkata,
"Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" (Matius 27:24).
Tetapi orang-orang itu menjawab, “Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!” (Mat. 27:25).
Oleh karena itu, Yesus diserahkan untuk disalibkan. Tangan dan kakinya dipaku (Maz. 22:16; Zak. 12:10; Luk. 24:39; Yoh. 20:27). Dan setelah Dia mati, salah satu prajurit yang hadir saat Dia dihukum mati "menikam lambung-Nya dengan tombak, dan segera mengalir keluar darah dan air" (Yoh. 19:34).
Kristus membayar harga perdamaian dengan Allah melalui darah-Nya di kayu salib (Kol. 1:20).
Darah Kristus dan Pertobatan
Perjanjian Baru menegaskan bahwa orang berdosa "dibenarkan oleh darah-Nya" (Roma 5:9).
Bagaimanapun juga, pasti ada hal kontroversi di antara para agamawan, ketika hal ini terjadi. Tidak terkecuali dalam hal "iman saja" seperti yang dituduhkan oleh banyak orang. Atau pun ketika iman yang taat (Roma 1:5; 16:26) menyempurnakan dirinya dalam ketundukan pada perintah supaya dibaptis untuk pengampunan dosa (Kis. 2:38).
Adalah kesaksian firman Allah bahwa yang terakhir benar adanya. Hal ini dapat ditunjukkan dengan berbagai cara.
Misalnya, Ibrani 9:14 menegaskan bahwa hati nurani manusia “disucikan” oleh darah Kristus.
Namun, di tempat lain Paulus mengamati bahwa penyucian dilakukan “dengan memandikannya dengan air dan firman” (Ef. 5:26).
Selain itu, Petrus mengatakan bahwa baptisan dalam air "sekarang menyelamatkan kamu" dan dengan itu seseorang memohon kepada Allah untuk "hati nurani yang baik" yang dimaksud dalam Ibrani 9:14 (lih. 1 Pet 3:21).
Juga, dikatakan bahwa orang-orang kudus “mencuci [nipto – memakai sesuatu] jubah mereka dan membuatnya putih di dalam darah Anak Domba” (Wahyu 7:14).
Ini sangat sesuai dengan Kisah Para Rasul 22:16 di mana Saulus diperintahkan untuk “bangunlah, berilah dirimu dibaptis dan dosa-dosamu disucikan (apolouo).”
Darah Kristus dalam Ibadah Kristen
Sesaat sebelum kematiannya, Yesus melembagakan perjamuan Tuhan (Mat. 26:26-29; Mrk. 14:22-25; Luk. 22:17-20). Ia bermaksud agar hal itu dirayakan oleh orang-orang Kristen (yaitu, di dalam kerajaan-Nya—Luk. 22:29, 30) pada setiap hari pertama dalam tiap-tiap minggu.
Para murid berkumpul pada hari pertama dalam minggu itu "untuk memecahkan roti" (tujuan yang tidak terbatas — Kisah Para Rasul 20:7). Tetapi mereka tetap berkumpul “tiap hari pertama dari tiap-tiap minggu” (1 Kor. 16:2 — teks Yunani). Oleh karena itu, komuni [perjamuan Tuhan] diadakan setiap hari Minggu.
Perjamuan ini terdiri dari roti (yang melambangkan tubuh-Nya) dan air buah anggur (yang melambangkan darah-Nya — lih. Ul. 32:14).
Baik doktrin Katolik Roma tentang transubstansiasi (yang mengatakan bahwa roti dan jus anggur berubah menjadi tubuh dan darah Tuhan) maupun gagasan Lutheran tentang konsubstansiasi (daging dan darah Yesus bercampur dengan unsur-unsur komuni) tidak benar.
Perjamuan Tuhan hanyalah sebuah upacara peringatan (1 Kor. 11:25) yang melihat ke belakang ke arah salib dan mengingatkan kita akan perbuatan yang dilakukan di sana.
Selanjutnya, perjamuan Tuhan memberitakan kematian-Nya, mengingat kedatangan-Nya yang kedua (1 Kor. 11:26). Itu harus dilakukan dengan cara yang khusyuk, sesuai dengan peristiwa besar yang digambarkannya (1 Kor. 11:27).
Kitab Ibrani ditulis untuk menguatkan orang Kristen Ibrani melawan kemurtadan dari Kekristenan yang akan datang dan kembali ke Yudaisme. Guru-guru palsu bekerja di antara saudara-saudara yang menyatakan bahwa Yesus dari Nazaret bukanlah Mesias, oleh karena itu, sistem Kekristenan harus ditinggalkan.
Dalam membahas masalah ini, penulis yang diilhami menekankan konsekuensi dari menerima doktrin semacam itu. Itu artinya sudah “menginjak-injak Anak Allah,” menganggap “najis darah perjanjian yang menguduskannya,” dan “menghina Roh kasih karunia” (Ibr. 10:29).
Dalam istilah praktis, orang murtad memperlakukan darah Tuhan sebagai “hal yang najis.” Kata "najis" diterjemahkan dari bahasa Yunani koinon, yang secara harfiah artinya, "umum" namun mungkin juga mengandung makna "kenajisan" (lih. Kis. 10:14).
Konteks ini tentu saja berbicara tentang mereka yang dengan angkuh menolak Juruselamat dan tidak mengakui keilahian-Nya, tetapi tidak dapatkah secara praktis juga menggambarkan mereka yang, dengan gaya hidup mereka, mengatakan kepada dunia bahwa mereka sebenarnya tidak lagi tertarik untuk menjalani kehidupan Kristen?
Orang-orang seperti itu, meskipun dulu setia kepada Kristus, telah lama tidak lagi menghormati perkataan-Nya, dan tingkah laku mereka membuktikan kepada dunia bahwa mereka tidak menghargai darah Yesus.
Referensi Kitab Suci
John 1:29; Revelation 13:8; Hebrews 11:4; Romans 10:17; Genesis 4:4; Exodus 12:6; 1 Thessalonians 5; Exodus 12:13; 1 Peter 1:19; 1 Corinthians 15:3; Isaiah 53:7; Zechariah 12:10; Psalm 22:16; Zechariah 13:1; Leviticus 17:11; Genesis 3:4; Romans 5:12; Ephesians 2:1; Ephesians 2:4; Psalm 89:14; Romans 3; Romans 3:25, 26; Hebrews 9:22; Hebrews 10:4; Isaiah 53:12; Genesis 1:30; Acts 8:35; Isaiah 53:10; Matthew 26:28; Matthew 27:24; Matthew 27:25; Luke 24:39; John 20:27; Colossians 1:20; Romans 5:9; Romans 1:5, 16:26; Acts 2:38; Hebrews 9:14; Ephesians 5:26; Revelation 7:14; Acts 22:16; Matthew 26:26-29; Mark 14:22-25; Luke 22:17-20; Acts 20:7; 1 Corinthians 16:2; Deuteronomy 32:14; 1 Corinthians 11:25; 1 Corinthians 11:26; 1 Corinthians 11:27; Hebrews 10:29; Acts 10:14.