Menu Melayang

sabdainjil@gmail.com

Senin, 24 April 2023

Bolehkah Manusia Menipu (Merampok) Allah?


Kitab Maleakhi telah selesai ditulis 400 tahun sebelum Tuhan kita datang ke bumi ini. Maleakhi menggunakan apa yang disebut oleh beberapa orang sebagai metode pengajaran "Dialektika Didaktik". Metode pengajaran ini bisa dibagi menjadi tiga bagian: 1) Sebuah pernyataan atau tuduhan dibuat, 2) penulis menyatakan keberatan atas tuduhan tersebut, dan 3) keberatan dibantah habis-habisan.


Di antara dosa-dosa yang dikutip dalam kitab ini, kita menemukan imam yang korup, perselingkuhan, dan perceraian yang merajalela. Dosa pertama yang disebutkan adalah mempersembahkan korban yang najis kepada Allah (Mal.1:6–11). Orang-orang mempersembahkan korban yang sakit, lumpuh, dan hewan buta di mezbah Tuhan. Maleakhi menegur orang-orang dengan mendesak mereka mempersembahkan korban yang seperti ini kepada bupati mereka. Apakah akan diterima? Allah menyamakan persembahan mereka dengan kurangnya rasa hormat untuk-Nya dan menuduh mereka menghina nama-Nya (Mal 1:6).

Maleakhi mengangkat topik ini lagi dalam pasal tiga. Dia bertanya, “Bolehkah manusia menipu Allah? Namun kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: "Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?" Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus!” (Mal 3:8).

Ketika orang Kristen berkumpul pada Hari Tuhan untuk tujuan yang alkitabiah, saya bertanya-tanya apakah mereka mengulangi dosa Israel dengan “merampok Tuhan"? Orang Kristen diperintahkan untuk memberi persembahan mereka pada hari pertama dalam minggu itu. Paulus memberi tahu orang-orang kudus di Korintus: “Tentang pengumpulan uang bagi orang-orang kudus, hendaklah kamu berbuat sesuai dengan petunjuk-petunjuk yang kuberikan kepada Jemaat-jemaat di Galatia. Pada hari pertama dari tiap-tiap minggu hendaklah kamu masing-masing -- sesuai dengan apa yang kamu peroleh -- menyisihkan sesuatu dan menyimpannya di rumah, supaya jangan pengumpulan itu baru diadakan, kalau aku datang.” (1 Kor 16:1–2).

Berapa banyak yang harus saya berikan kembali kepada Tuhan pada hari Tuhan? Berapa yang diharapkan Tuhan dari saya? Saya ingin kita melihat tiga contoh Alkitab tentang memberi. Saya percaya jika kita mengembangkan sikap yang tepat dalam memberi, maka jumlah persembaha akan bertambah sendiri. “Pelajaran ini banyak diabaikan, baik dalam pengajaran maupun praktek; mungkin terabaikan
dalam praktek karena begitu banyak diabaikan dalam pengajaran. Mungkin para pengkhotbah gagal berkhotbah tentang memberi karena mereka takut akan dikritik dan dituduh berkhotbah dengan tujuan egois, atau mungkin karena mereka tidak bisa memberitakan subyek ini dalam semangat yang tidak mementingkan diri sendiri.” (C. R. Nichol, Doktrin Suara, 1.133)

Raja Daud

Daud berdosa terhadap Allah dengan menghitung bani Israel—tindakan seperti itu pelanggaran langsung terhadap kehendak Allah (2 Sam 24). Pada saat menyadari dosanya, Daud dengan tulus bertobat dan memohon pengampunan Allah. Allah mengirim tulah atas negeri Israel selama tiga hari sebagai hukuman bagi dosa ini. Tujuh puluh ribu orang di Israel tewas karena tulah. 

Setelah tulah itu berhenti, Daud pergi “mendirikan mezbah bagi TUHAN di tempat pengirikan Arauna, orang Yebus itu” (2 Sam 24:18). Ketika Daud mencoba membeli tempat pengirikan, Arauna menawarkan untuk memberikannya kepada David—dengan kayu untuk api dan lembu untuk kurban. Daud menolak tawaran yang murah hati itu. Dalam penolakannya dia berkata, “Bukan begitu, melainkan aku mau membelinya dari padamu dengan membayar harganya, sebab aku tidak mau mempersembahkan kepada TUHAN, Allahku, korban bakaran dengan tidak membayar apa-apa." Sesudah itu Daud membeli tempat pengirikan dan lembu-lembu itu dengan harga lima puluh syikal perak” (2 Sam 24:24).

Apakah kita pernah mempersembahkan kepada Allah “apa yang merugikan kita?" Berapa banyak uang yang Anda hasilkan? Maksud saya, benar-benar mendapatkan uang? Terkadang orang melihat
bahwa gaji mereka "dibawa pulang" dan menipu diri sendiri untuk berpikir bahwa itu semua uang yang mereka hasilkan. Wiraswasta tahu benar hal itu, karena mereka sekarang membayar lebih dari 15% atas pendapatan mereka ke Jaminan Sosial. Jika Anda dipekerjakan oleh orang lain, majikan Anda membayar setengah dari biaya ini. Bagaimana dengan asuransi kesehatan Anda? Anda bisa dengan mudah menambahkan $ 1.000 per bulan jika Anda memiliki asuransi ini. Jangan lupakan masa pensiun Anda direncanakan di tempat kerja. Beberapa orang harus menambahkan bonus Natal mereka, mobil perusahaan dan tunjangan lainnya. Sekarang, berapa banyak uang yang Anda peroleh? Berapa banyak dari uang itu yang Anda berikan kepada Tuhan? Apakah Anda memberikan kepada Tuhan “apa yang tidak merugikan Anda?”

Hal-hal dalam hidup yang tidak merugikan kita umumnya kurang dihargai. Mereka yang harus menanggung beban pekerjaan ketika jemaat baru didirikan biasanya menghargai hal sederhana seperti gedung pertemuan lebih besar dari pada mereka yang datang di kemudian hari. Mereka yang tidak memberikan waktunya, uang, keringat dan air mata tidak memiliki banyak "investasi" dalam pekerjaan lokal ketimbang mereka yang melakukan pengorbanan seperti itu di masa lalu.

Janda Miskin

Kisah janda miskin adalah sebuah contoh yang luar biasa dari kasih, pengabdian dan
pengorbanan. Kisahnya dicatat oleh Markus: “Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar. Lalu datanglah seorang janda yang miskin dan ia memasukkan dua peser, yaitu satu duit. Maka dipanggil-Nya murid-murid-Nya dan berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang yang memasukkan uang ke dalam peti persembahan. Sebab mereka semua memberi dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, semua yang ada padanya, yaitu seluruh nafkahnya” (Markus 12:41–44).

Saya menjadi muak ketika orang Kristen mencoba beri tahu saya betapa mereka seperti janda ini.
Banyak jemaat menyanyikan himne yang mengatakan, “Hidup di bawah di dunia tua yang penuh dosa ini, hampir tidak ada kenyamanan yang bisa dirasakan...” Saya menolak untuk menyanyikan lagu ini. Saya sangat meragukan bahwa ada orang Amerika, Indonesia, dll bisa menyanyikan kata-kata ini tanpa berbohong. Kebanyakan di antara kita memiliki mobil, TV beresolusi tinggi, dan pengatur suhu udara. Bahkan orang termiskin di negara kita hidup lebih baik dari 90% penduduk di dunia!

Pernahkah Anda bertanya apa yang akan terjadi jika Allah membuat orang menjadi miskin seperti
yang mereka akui? Saya telah diberitahu oleh para pengkhotbah tentang persembahan di mana mereka berkhotbah adalah karena "para petani mengalami tahun yang buruk." Saya biasanya menjawab dengan mengatakan bahwa saya tidak pernah bertemu dengan seorang petani yang memiliki tahun yang baik! Banyak yang mengklaim miskin, namun beberapa dari mereka ini memiliki rumah, motor besar dan bisa berlibur ke luar negeri. Masalahnya bukan hanya dengan petani—banyak orang Kristen mengaku miskin ketika kantong kolekte diedarkan.

Saudara-saudara di Makedonia

Saudara-saudara abad pertama di Makedonia hidup dalam kemiskinan. Namun, entah bagaimana saudara-saudara ini bisa mengirim pemberian sukarela kepada orang-orang kudus di Yudea. Paulus
menjelaskannya di dalam 2 Korintus 8:5, “Mereka memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga kepada kami.” Tidak masalah bagi orang-orang Kristen ini untuk memberikan apa yang bisa mereka berikan, karena mereka telah terlebih dulu “memberikan diri mereka kepada Allah.”

Ketika seseorang menyadari bahwa setiap hal baik yang dia miliki berasal dari Allah, dia akan memberi dengan murah hati, bukan karena kewajiban. Paulus juga menasihati saudara-saudara ini untuk “mengurus pemberian yang telah kamu janjikan sebelumnya, agar nanti tersedia sebagai bukti kemurahan hati kamu dan bukan sebagai pemberian yang dipaksakan. Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita” (2 Kor 9:5–7).

Kesimpulan

Ada bagian dari penghasilan Anda yang bukan milik Anda—itu milik Tuhan. Bolehkah manusia merampok Allah? Dia mungkin melakukannya dalam hidup ini. Dia dapat memberikan kepada Tuhan “apa yang tidak merugikannya." Dia mungkin meyakinkan saudara-saudara bahwa dia memberikan "uang peser janda". Dia mungkin meyakinkan orang-orang di sekitarnya bahwa dia hidup dalam kemiskinan, tetapi Allah tahu. Akan tiba hari pertanggung jawaban. "Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan” (Gal 6:7). (Penulis: David Padfield, Alih bahasa: Harun Tamale)

Blog Artikel

Artikel Terkait

Back to Top

Cari Artikel