Allah selalu membuat kehendak-Nya diketahui melalui firman-Nya. Pada dispensasi sebelumnya, selama era Perjanjian Lama, Dia berbicara melalui para nabi (Ibrani 1:1) tetapi di zaman sekarang ini Dia berbicara secara eksklusif melalui Anak-Nya, Yesus Kristus (Ibrani 1:1-2). Bapa telah memberikan segala kuasa kepada Anak (Matius 28:18; Efesus 1:22-23). Maka dari itu, karena Yesus adalah satu-satunya Juru Bicara Allah hari ini dan karena Dia memiliki segala kuasa, semua pengajaran harus berasal dari "Kristus" jika ingin memiliki otoritas yang tepat (Lihat 2 Yohanes 9-11; 1 Timotius 6:3-5).
Dari sini kita harus menyimpulkan bahwa hari ini kita tidak boleh dibimbing oleh hukum Musa atau hukum lain mana pun yang ditemukan dalam Perjanjian Lama. Hukum Lama melayani tujuannya untuk membawa bangsa Israel kepada Kristus (Galatia 3:24-27). Karena Yesus telah menggenapinya (Matius 5:17), maka Dia telah meniadakannya (Kolose 2:14).
Karena Allah tidak pernah menerapkan dua hukum yang berbeda pada orang yang sama pada waktu yang sama, tetapi kita harus melihat pada “hukum yang sempurna, yaitu hukum yang memerdekakan”, hukum yang diberikan oleh Yesus (Yakobus 1:25).
Tidak ada praktek atau doktrin dari Hukum Lama yang digunakan saat ini untuk membenarkan apa yang dilakukan seseorang dalam agama. Melakukan hal itu menyebabkan seseorang lepas dari Kristus dan hidup diluar kasih karunia Allah (Galatia 5:4).
Mengapa Ada Perubahan Perjanjian?
Alkitab memberitahu kita bahwa Perjanjian Lama telah dirubah karena:
· Kelemahannya (Ibrani 7:18-19; 8:7-9; 9:9).
· Perubahan imamat mengharuskan perubahan hukum Taurat (Ibrani 7:12). Perjanjian berubah ketika imamat berubah. Itu berubah karena Yesus tidak mungkin menjadi imam di bawah Hukum Lama sebab Dia berasal dari suku Yehuda sedangkan para imam berasal dari suku Lewi (Ibrani 7:13-14).
· Perjanjian lama hanya untuk melayani sampai “Benih” itu datang (Kejadian 22:15-18; Galatia 3:5-19). “Benih” yang dinubuatkan adalah Yesus Kristus.
· Perjanjian Lama hanya dimaksudkan untuk membawa orang-orang Yahudi kepada Kristus (Galatia 3:24-27).
Hukum Lama Telah Dihapus Seluruhnya
Beberapa orang mencoba mengatakan Sepuluh Perintah tidak dihapus. Mereka membuat perbedaan antara apa yang mereka sebut sebagai hukum moral dan hukum upacara. Tidak ada perbedaan atau pembagian seperti itu di dalam Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Sepuluh Perintah dan Perjanjian adalah satu dan sama (Lihat Ulangan 9:9-11; 10:4; Keluaran 34:28).
Perjanjian yang diberikan Allah kepada Musa, yang tertulis atau terukir pada loh batu yang juga termasuk Sepuluh Perintah Allah, telah:
· Menjadi tua (Ibrani 8:13).
· Dihapus (Kolose 2:14).
· Ditiadakan (2 Korintus 3:4-11).
· Dibatalkan (Efesus 2:13-16).
Kebodohan Jika Mengikatkan Diri Pada Hukum Lama
Jika kita mencoba untuk membenarkan praktek-praktek dalam agama hari ini dengan Perjanjian Lama, maka kita mengikatkan diri kita sendiri pada hal-hal yang:
· Adalah pelayanan yang memimpin kepada kematian (2 Korintus 3:7).
· Bertentangan yang berusaha dipertahankan oleh orang (Kolose 2:14).
· Salah (Ibrani 8:7).
· Tidak dapat menyempurnakan penyembah (Ibrani 9:9).
· Tidak dapat menghasilkan kebenaran (Galatia 2:21).
· Tidak dapat membenarkan siapa pun (Galatia 2:16; 3:11).
· Adalah kutukan (Galatia 3:10).
· Melepaskan seseorang dari Kristus (Galatia 5:4).
Otoritas Kita: Perjanjian Baru
Perjanjian Baru adalah otoritas kita hari ini karena ia adalah firman Kristus (Yohanes 12:48; Ibrani 1:1-2). Karena Dia memiliki segala kuasa (Matius 28:18; Efesus 1:22-23), firman-Nya menyediakan semua hal yang diperlukan untuk kehidupan dan kesalehan (2 Petrus 1:3) dan sepenuhnya melengkapi kita untuk setiap perbuatan baik (2 Timotius 3:16 -17). Karena itu, segala sesuatu harus dilakukan dalam nama-Nya atau dengan kuasa-Nya (Kolose 3:17).
(Penulis: Gene Taylor, 1994. Alih bahasa: Harun Tamale)
Rabu, 19 April 2023